PT. PLN (Persero) adalah perusahaan yang bergerak dibidang kelistrikan dimana didalamnya terdapat kegiatan checklist CBM inspeksi level 1 yaitu pemeriksaan kondisi peralatan primer Gardu Induk. Permasalahan yang timbul adalah petugas JARGI harus menuliskan data hasil checklist kedalam formulir (kertas), lalu diinputkan kedalam aplikasi web milik PLN sehingga harus bekerja 2 kali. Untuk mengetahui peralatan yang paling buruk diperlukan sebuah Sistem Pendukung Keputusan yang dapat mudahkan dalam pendataan, assessment, dan pelaporan data kondisi peralatan primer gardu induk serta membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan bagian dari sebuah sistem informasi yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Pembuatan SPK perlu sebuah metode yang cocok untuk pemecahan permasalahan yang timbul, dimana metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode SAW (Simple Additive Weighting) yaitu metode penjumlahan terbobot. Rekayasa perangkat lunak menggunakan paradigma waterfall dan analisa permodelan sistem menggunakan UML (Unified Modelling Language). Hasil dari penelitian dengan adanya sistem pendukung keputusan pemeriksaan kondisi peralatan primer Gardu Induk berbasis mobile dengan menggunakan metode SAW didapat bahwa peralatan yang memiliki kondisi terburuk adalah PMT 7B1 R karena memiliki nilai yang lebih tinggi dengan hasil akhir darurat. Sehingga dapat mempermudah dalam pendataan, assessment, dan pelaporan data kondisi peralatan primer gardu induk serta membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien.
Copyrights © 2020