Katolisisme mengajarkan bahwa “Allah adalah Misteriâ€. Meskipun Ia Yang “Transenden†itu senantiasa berusaha membuat diri-Nya dapat terjangkau oleh manusia melalui inisiatif kompasionis-Nya dengan berinkarnasi sebagai Allah Putra (mewujud dalam Yesus Kristus), Ia tetap Allah yang “Misteriâ€. Sebab, Allah dan karya-Nya yang agung, secara mutlak selalu mengungguli segala rumus dan paham insani yang terbatas. Karenanya, umat beriman mengalami kesukaran untuk berinteraksi dan mengalami Dia. Padahal, iman mengandaikan relasi/intimitas dengan Allah yang diimani. Bahkan, untuk beriman dengan mantap, manusia sebagai “makhluk simbolikâ€, senantiasa membutuhkan berbagai macam instrumen atau sarana yang dapat dicerap secara inderawi, sesuatu yang mewujud (memiliki form). Gereja memiliki sarana pengungkapan “Misteri†itu, yakni liturgi suci. Liturgi, dengan segala artifisialitas sekaligus divinitasnya, menjadi salah satu bentuk/sarana terbaik yang mampu menyentuh “sensus religiosum†umat. Melalui kajian historisteologis atas aspek misteri dalam liturgi yang disajikan dalam tulisan ini, diharapkan bahwa liturgi semakin mampu membantu umat berimanmerasakan dan mengimani benar bahwa Allah itu eksis, imanen, dan sangat mengasihi mereka.
Copyrights © 2017