JENTERA: Jurnal Kajian Sastra
Vol 10, No 1 (2021): Jentera: Jurnal Kajian Sastra

PERJUANGAN PEREMPUAN SANTANA MASA KOLONIAL DALAM NOVEL GOGODA KA NU NGARORA KARYA M.A. SALMUN

Asep Yusup Hudayat (Universitas Padjadjaran)



Article Info

Publish Date
30 Jun 2021

Abstract

Artikel ini mengungkap perjuangan perempuan santana (kelas menengah) pada masa kolonial yang direpresentasikan dalam novel Gogoda ka nu Ngarora karya M.A. Salmun. Perjuangan perempuan santana  tidak saja melekat kepada upaya pembebasan diri dari banyak kungkungan patriarki tetapi juga ditunjukkan melalui cara perempuan santana menempatkan diri sebagai subjek yang “belajar” dari budaya kolonial. Budaya kolonial diterima perempuan santana untuk mengembangkan wawasannya, juga dijadikan sebagai sumber-sumber peniruan. Gogoda ka nu Ngarora “Godaan bagi Kaula Muda” karya M.A. Salmun yang berkisah tentang kaum pribumi pada tahun 1870-an hingga 1880-an merepresentasikan perjuangan perempuan santana dalam kungkungan feodalisme melalui penerimaan atas modernitas yang dibawa pihak kolonial. Cara-cara penerimaan perempuan santana yang dipicu kesadaran untuk menuntut hak-haknya dalam semangat demokrasi menjadi penting untuk dijejak berdasarkan perspektif postkolonial. Berdasarkan perspektif postkolonial, Bhaba (dalam Loomba, 2003: 229-236) menyebutkan bahwa wacana kolonial mendorong subjek terjajah untuk 'meniru' penjajah, dengan mengadopsi budaya, kebiasaan, asumsi, dan nilai-nilai yang hasilnya tidak pernah sederhana menyangkut reproduksi sifat-sifat. Tiruannya bersifat kabur dan tidak pernah jauh dari ejekan atau parodi dalam ketidakpastian kontrol perilaku terjajah (pribumi) dalam dominasi kolonial. Dengan demikian, masalah pokok yang akan dijawab dalam penelitian  ini  adalah bagaimana perempuan santana mengadopsi dan mengekspresikan kebudayaan kolonial dalam kepentingan perjuangan menuntut hak-haknya melalui pengungkapan praktik mimikri yang dilakukan perempuan santana pribumi secara dialektis. Hasil penelitian ini adalah perempuan santana ditempatkan dalam Gogoda ka nu Ngarora untuk menyangkal dan menggugat  kesewenangan kaum ménak. Adapun kaum ménak yang dilemahkan adalah bentuk pembelaan Salmun terhadap santana dan cacah. Semangat meruntuhkan penindasan kaum ménak dilakukan perempuan santana melalui mimikri yang mengarah kepada tindakan mengolok-olok kaum ménak sekaligus untuk menggangu otoritas utama, yaitu kolonial. Kata kunci: perempuan, kelas menengah, mimikri, kolonial  AbstractThis article aims to describe the ‘santana’ (middle class) women's struggle during the colonial period as represented in the novel “Gogoda ka nu Ngarora” by M.A. Salmun. The ‘santana’ women's struggle was related to efforts to free themselves from many patriarchal confinements. This is also shown by the way that ‘santana’ women positioned themselves as subjects who "learned" from colonial culture. The colonial culture was accepted by ‘santana’ women in developing their horizons, also colonial culture was used as sources of imitation. “Gogoda ka nu Ngarora” "Temptation for Youths" by M.A. Salmun, which tells the story of the natives from the 1870s to 1880s, represents the struggle of ‘santana’ women in the confines of feudalism through acceptance of modernity brought by the colonial side. The ways of accepting ‘santana’ women which are triggered by awareness to demand their rights in the spirit of democracy are important to be traced based on a post-colonial perspective. Based on a post-colonial perspective, Homi Bhabha (in Loomba, 2003: 229-236) states that colonial discourse encourages colonized subjects to 'imitate' the colonizer, by adopting culture, habits, assumptions, and values whose results are never simple regarding the reproduction of traits. Its imitation is vague and is never far from ridicule or parody of the uncertainty of control over the behavior of the colonized (natives) in colonial domination. Thus, the main problem that will be answered in this article is how ‘santana’ women adopted and expressed colonial culture in the interests of struggling to claim their rights through dialectical disclosure of mimicry practices carried out by indigenous ‘santana’ women. The result of this research is that ‘santana’ women are placed in “Gogoda ka nu Ngarora” to deny and sue the abuses of men. As for the people who are weakened, they are defending M.A. Salmun for ‘santana’ and ‘cacah’ (low class). The spirit of overthrowing the oppression of the aristocracy was carried out by ‘santana’ women through mimicry which resulted in the act of mocking the aristocracy as well as disturbing the main authority, namely the colonial. Keywords: women, middle class, mimicry, colonial

Copyrights © 2021






Journal Info

Abbrev

jentera

Publisher

Subject

Languange, Linguistic, Communication & Media

Description

JENTERA is a literary research journal published by Badan Pengembangan and Pembinan Bahasa, Ministry of Education and Culture. Jentera publishes the research articles (literary studies and field research), the idea of conceptual, research, theory pragmatice, and book reviews. Jentera publishes them ...