cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra
ISSN : 20892926     EISSN : 25798138     DOI : -
Core Subject : Education,
JENTERA is a literary research journal published by Badan Pengembangan and Pembinan Bahasa, Ministry of Education and Culture. Jentera publishes the research articles (literary studies and field research), the idea of conceptual, research, theory pragmatice, and book reviews. Jentera publishes them biannually on June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 175 Documents
SASTRA DAN KULINER: EVOLUSI GASTRONOMI KE GASTROSOFI DALAM TIGA CERPEN INDONESIA Bramantio Bramantio
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 2, No 1 (2013): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v2i1.391

Abstract

“Filosofi Kopi”, “Madre”, dan “Smokol” menghadirkan sebuah puitika yang mendasarkan diri pada kuliner. Kopi, adonan biang bernama madre, dan sebuah tradisi makan tanggung di antara sarapan dan makan siang yang disebut smokol menjadi media yang digunakan untuk memahami hal yang lebih besar daripada kenikmatan ragawi di atas meja makan. Cerita yang pada awalnya tampak sebagai usaha untuk merayakan hidup, menemukan dan menghadirkan sajian terbaik, dan memahami jati diri personal melalui kuliner, lambat laun bergerak ke sebuah titik bernama renungan tentang keindonesiaan, dari gastronomi menjadi gastrosofi. “Filosofi Kopi”, “Madre”, dan “Smokol” menjadi semacam miniatur Indonesia. Indonesia di dalam ketiga cerpen tersebut bukan Indonesia yang mengalami keterpurukan dan serba gelap, melainkan Indonesia dengan harapan lebih baik karena memiliki Ben, Tansen, dan Batara sebagai generasi muda urban yang semangat globalnya tetap memiliki kesadaran untuk menerima, menggali, dan memelihara nilai filosofis warisan leluhur.
SEJARAH POLITIK INDONESIA DALAM NOVEL LARASATI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER Andri Wicaksono
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 7, No 1 (2018): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.076 KB) | DOI: 10.26499/jentera.v7i1.340

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan realitas sejarah sosial-politik Indonesia dalam novel Larasati karya Pramoedya Ananta Toer dengan perspektif New Historicism. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif interpretif dengan paralel pembacaan antara karya sastra dengan teks sejarah dan desain analisis isi. Gambaran realitas sejarah sosial dan politik Indonesia (periode 1945 hingga 1966) dalam novel Larasati dengan perspektif New Historicism Greenblatt dianggap efektif untuk mengeksplorasi fenomena teks sastra. Novel ini secara langsung berkaitan dengan manifestasi politik Indonesia yang meliputi (1) struktur ideologi yang digunakan untuk memperkuat kekuatan berbasis negara, dan (2) praktik diskursif, bahasa politik yang mengacu pada konstruksi pengetahuan melalui bahasa yang memberi makna pada segi material dan praktik sosial-politik yang melingkupinya.Kata-kata kunci: historisisme baru, ideologi, politik, praktik diskursif Abstract: This study aimed to describe the nature of social and political history reality of Indonesia in novel Larasati by Pramoedya Ananta Toer through New Historicism perspective. The research used interpretive qualitative method on the readability parallel between literary and historical texts also content analysis design. The description of social and political history reality of Indonesia (period 1945 until 1966) in the novel by using the perspective of New Historicism Greenblatt is considered effective in exploring the phenomenon of literary text. The novel is directly related to the political manifestation of Indonesia that covers (1) ideology structure used to reinforce the state-based power and (2) political discursive practices, the political language that refers to the knowledge construction through the language that gives meaning to the material aspects and social practices. Keywords: new historicism, ideology, political, discursive practices 
‘Mencairnya’ Kuasa: Sastra, Subjektivitas Cair, dan Resistensi terhadap Kuasa Budaya dan Negara dalam Perspektif Poskolonial Ikwan Setiawan
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4534.914 KB) | DOI: 10.26499/jentera.v1i1.17

Abstract

Artikel ini, dengan orientasi konseptual-teoretis dan metodologis, akan membahas cairnya kuasa budaya dan negara dalam struktur naratif sastra, dengan menggunakan pendekatan poskolonial. Narasi sastra bisa diposisikan sebagai produk representasi yang menghadirkan subjektivitas cair, berupa tokoh naratif dan wacana partikular, terkait permasalahan sosial-budaya, khususnya hibriditas kultural. Kehadiran modernitas dan berlangsungnya praktik budaya tradisional dalam masyarakat pascakolonial menyebabkan timbul permasalahan tersebut. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa subjektivitas cair, di satu sisi, bisa memunculkan wacana emansipasi untuk memberdayakan masyarakat lokal dan, di sisi lain, bisa memunculkan resistensi terhadap kuasa berbasis budaya tersebut. Oposisi biner antara Barat dan Timur menjadi sangat cair, karena subjek poskolonial bisa menggunakan pemikiran modern untuk mendekonstruksi keutuhan modernitas maupun keutuhan budaya tradisional. Namun, ketika negara menerapkan neoliberalisme, subjektivitas cair dan hibriditas kultural perlu ditafsir-ulang. Kuasa budaya tradisi dan negara akan mendapatkan pemaknaan-baru dan resistensi; karena prinsip kebebasan individual dalam hukum pasar menuntut kehadiran minimum kedua entitas tersebut. Kondisi itu memunculkan peluang untuk mengkritisi dan memodifikasi kajian poskolonial.Kata kunci: struktur naratif, subjektivitas cair, resistensi, kajian poskolonial, neoliberalisme
HIERARKI SASTRA POPULER DALAM ARENA SASTRA INDONESIA KONTEMPORER Kukuh Yudha Karnanta
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 4, No 1 (2015): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10397.312 KB) | DOI: 10.26499/jentera.v4i1.379

Abstract

Artikel berjudul Hierarki Sastra Populer dalam Arena Sastra Indonesia Kontemporer ini merupakan ikhtiar untuk mendeskripsikan, memahami, dan mengeksplisitkan kondisi kealaman sastra Indonesia kekinian yang menjadi latar kemunculan karya sastra yang diberi label ‘populer’. Karya sastra ‘populer’ sesungguhnya selalu muncul di setiap periode dengan problematikayang kurang lebih mirip: apakah populer itu, siapa yang menyebutnya ‘populer’, apa implikasi dari pelabelan ‘populer’, dan bagaimana modus kemunculan serta keberadaannya. Dengan pemahaman bahwa tidak ada satu pun praktik labelisasi yang tidak mengandung implikasi estetis dan sosiologis, artikel ini disusun dengan pendekatan Strukturalisme Genetik yang digagas Pierre Bourdieu. Pendekatan tersebut, yang lantas melahirkan teori Arena Produksi Kultural, berguna untuk mengidentifikasi kontestasi simbolik yang terjadi diantara agen-agen sastra yang bertarung untuk mendapatkan posisi tertentu dalam arena sastra Indonesia kontemporer.
Resistensi Tokoh-tokoh Perempuan Terhadap Patriarki dalam Novel Garis Perempuan karya Sanie B Kuncoro Delmarrich Bilga Ayu Permatasari
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 6, No 2 (2017): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.036 KB) | DOI: 10.26499/jentera.v6i2.439

Abstract

This article aims to reveal the meaning of the resistance movement of female characters in the novel Garis Perempuan by Sanie B. Kuncoro. Ranting, Gendhing, Tawangsri and Zhang Mey are adult women who live in the midst of modernity, but have cultural roots that can not be separated from the thick patriarchal law. Raised with different cultural backgrounds, the four characters have their own way of making efforts to reach welfare, personal freedom, and social justice  that are embodied as a whole in the effort to meaning the virginity. By using the concept of criticsm of feminies literature, it can be concluded that virginity is a liquid thing that women use as a form of appreciation of their bodies so that by apreciate its virginity a woman has power over her body ownership which in culture and patriarchy law women's authority over the possessions of their bodies is often ignored. AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mengungkap pemaknaan atas gerakan perlawanan atau resistensi tokoh-tokoh perempuan dalam novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro. Tokoh Ranting, Gendhing, Tawangsri, dan Zhang Mey merupakan perempuan dewasa yang hidup di tengah arus modernitas namun memiliki akar budaya yang tidak dapat dilepaskan dari hukum patriarki yang kental. Dibesarkan dengan latar budaya yang berbeda-beda, keempat tokoh tersebut memiliki cara-cara tersendiri dalam meraih kesejahteraan, kebebasan pribadi, dan keadilan sosial yang secara keseluruhan diwujudkan dalam upaya pemaknaan terhadap virginitas. Dengan menggunakan konsep kritik sastra feminis dapat disimpulkan bahwa virginitas adalah sesuatu yang bersifat cair yang digunakan oleh perempuan sebagai bentuk penghargaan atas tubuhnya. Dengan mengapresiasi virginitasnya seorang perempuan telah berkuasa terhadap kepemilikan tubuhnya yang dalam budaya dan hukum patriarki kuasa perempuan atas kepemilikan tubuhnya seringkali tidak diindahkan.
Analisis Unsur Utopia dalam Tiga Novel Jepang Kontemporer Karya Jiro Akigawa dalam Hubungannya dengan Konsep Uchi Dan Soto di Masyarakat Jepang Nalti Novianti
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.752 KB) | DOI: 10.26499/jentera.v5i1.349

Abstract

Konsep Utopia yang ada dalam tiga novel Jepang kontemporer karya Jiro Akagawa sangat menggambarkan keadaan masyarakat Jepang dewasa ini. Dalam konsep pergaulan yang sangat meninggikan masalah hierarki, dan ketatnya pergaulan antar persona di Jepang, Akagawa mengeluarkan semua kreativitasnya untuk keluar dari kenyataan tersebut. Novel Akagawa merupakan novel misteri yang mengusung masalah kemasyarakatan, terutama mengenai sifat ketertutupan masyarakat Jepang yang sangat dipengaruhi oleh konsep Uchi dan Soto. Konsep inilah yang membuat masyarakat Jepang membagi diri menjadi ”kelompok dalam” dan ”kelompok luar”. Konsep ini pula yang membuat mereka dianggap sebagai masyarakat tertutup yang tidak aktif membangun hubungan linear ke luar dirinya sendiri. Dalam gaya satire-nya Akagawa mengemukakan gagasannya dalam novel-novelnya untuk menyampaikan pesan pada pembacanya.
PERIBAHASA BANJAR (MENAMPILKAN KARAKTER NEGATIF UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER POSITIF) H. Rustam Effendi
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 3, No 2 (2014): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v3i2.441

Abstract

Proverb can be said as an effective and common tool for educating the character values. In term of form, Banjarese proverb can be divided into two types: (1) a type that describes a people who has a good or ideal values (positive characters), and (2) a type of people who does not have any values at all (negative characters). It seems that these types are cross aside, but in reality, these two types actually have the same purpose which is educating good characters for our society. This article talks about one type of those types, which is a type of Banjarese proverb that displaying the negative characters for educating the positive moral values (positive characters). This type of proverb has a lot in numbers, and mostly the society likes this type of proverb more than the first ones. This may be understood because (1) this type of proverb can be act a humorous thing to be discussed, (2) it is more factual so it is easy for the society to understand the meaning of the proverb itself, (3) it is easy to be remembered as it has a clear point, (4) it acts as an early awareness, and (5) it contains a strong critical point for the public community.AbstrakApabila berbicara tentang karakter, peribahasa (termasuk peribahasa Banjar) merupakan wadah yang paling efektif dan paling sering diungkapkan untuk menanamkan nilai karakter. Dilihat dari sisi bentuk, peribahasa Banjar dapat dipilahkan menjadi dua tipe, yakni tipe yang mendeskripsikan/menampilkan manusia berkarakter ideal (karakter positif) dan menampilkan manusia yang sama sekali tidak berkarakter dan atau mengabaikan karakter atau akarakter (karakter negatif). Walaupun dua tipe ini tampaknya berseberangan, tujuannya sama, yakni menanamkan nilai-nilai karakter yang ideal kepada anggota masyarakatnya. Artikel ini hanya menyoroti salah satu dari dua tipe di atas, yakni tipe peribahasa yang menampilkan sosok manusia yang akarakter dan pesan-pesan moral yang terkandung di dalam peribahasa itu. Tipe peribahasa ini lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan tipe pertama. Masyarakat juga lebih menyukai tipe ini dalam menyampaikan pesan-pesan moral. Masyarakat Banjar lebih sering menggunakan tipe peribahasa ini disebabkan (a) dapat dijadikan bahan bercanda atau bahan tertawaan, (b) lebih konkret sehingga mudah dipahami, (c) mudah diingat karena acuannya jelas, (d) mengingatkan sejak dini sebelum pelanggaran nilai terjadi, dan (e) berisi kritik yang pedas yang sasarannya berlaku umum.
EKSTASI GAYA HIDUP URBAN DALAM HANACO Resti Nurfaidah
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 7, No 2 (2018): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.183 KB) | DOI: 10.26499/jentera.v7i2.892

Abstract

   Makalah ini berjudul “Ekstasi Gaya Hidup Urban dalam Hanaco”. Makalah ini memaparkan kondisi manusia urban yang terjebak dalam kungkungan budaya massa. Pembahasan dalam makalah ini dibatasi pada tiga hal berikut, yaitu perkawinan dan parenting, masalah dan penyelesaian masalah, serta hubungan antarmanusia. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapati jawaban atas ketiga masalah tadi, yaitu bagaimana manusia urban memandang dan menghadapi perkawinan serta parenting, masalah dan penyelesaian masalah, serta hubungan antarmanusia. Pembahasan tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan cultural studies pada pengaruh budaya massa, terutama di kalangan manusia urban yang terdapat pada data penelitian berupa novel-novel karya Indah Hanaco, yaitu  (1) Black Angel, (2) The Curse of Beauty: Metrolifestyle Sales Promotion Girl, (3) Le Masques, (4) My Better Half,  (5) You Had Me at “Hello”, (6) Heartling, (7) Out of the Blue, (8) Delicious Married, (9) The Passionate Married, (10)  Fixing A Broken Heart,  dan (11) Millionaire’s Heart. Hasil amatan sementara yang dapat terungkap dalam abstrak, antara lain, tampaknya terjadi pergeseran pandangan manusia urban terhadap perkawinan, konsep parenting, masalah dan penanganan masalah, serta hubungan antarmanusia.
PENGANTIN-PENGANTIN BOCAH DALAM SASTRA BERLATAR DI INDONESIA, AFGHANISTAN, DAN BANGLADESH Novita Dewi
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 7, No 2 (2018): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.614 KB) | DOI: 10.26499/jentera.v7i2.876

Abstract

Artikel ini membahas tokoh-tokoh perempuan yang menikah di usia muda pada tiga karya sastra terpilih yang berlatar tempat di Indonesia, Afghanistan, dan Bangladesh, yaitu “Inem” karya Pramoedya Ananta Toer, novel A Thousand Splendid Suns oleh Khaled Hosseini, dan cerpen Razia Sultana Khan “Seduction”. Metode content analysis dan pendekatan feminisme, multikulturalisme, dan poskolonialisme digunakan untuk menelisik penggambaran pengantin-pengantin bocah dalam ketiga karya. Terdapat tiga temuan yaitu, pertama, perekonomian keluarga menjadi pertimbangan perkawinan anak dan dianggap kewajaran pada tradisi dan waktu tertentu.  Kedua, pengantin-pengantin bocah menjadi korban demi menjaga kehormatan keluarga. Ketiga, terjadi normalisasi kekerasan ketika pengantin-pengantin belia yang dikorbankan itu dianggap sebagai kelumrahan saja.    Kata-kata kunci: pengentasan kemiskinan, kehormatan keluarga, normalisasi kekerasan
GERAK KOMUNITAS FIKSIMINI DI RUANG SIBER Mohammad Rokib
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 1, No 2 (2012): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6164.866 KB) | DOI: 10.26499/jentera.v1i2.278

Abstract

Perkembangan teknologi infomasi yang sangat pesat di Indonesia telah mencip-takan ruang baru dunia sastra. Ragam karya sastra meruah dan menjelma dalam bentuk baru dunia siber yang menonjolkan indra visual. Selera sastra pada gilirannya membentuk citranya sendiri dengan desain semacam genre baru yang berusaha bergerak melampaui ruang sebagaimana gerakan komunitas “fiksimini”. Kelompok itu mampu memopulerkan mini karya sastra yang dianggap ringkas tanpa menegasikan esensi karya sastra. Komunitas Fiksimini mampu menciptakan sensibilitas baru yang membuat masyarakat berselera terhadap karya sastra? Melalui paradigma pascastrukturalis mode of information (Mark Poster), tulisan ini berusaha menyajikan deskripsi konteks kecenderungan sastra baru sebagaimana kehadiran komunitas fiksimini. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif dalam usaha memahami gerak komunitas fiksimini di ruang jejaring sosial dan situs web. Apabila dalam masyarakat modern (strukturalis) yang dominan adalah media tulisan fisik dan percetakan yang bersifat mekanik, konteks masyarakat mutakhir (pascastrukturalis) cenderung termediasi oleh media audiovisual yang bersifat elektronik. Kemunculan komunitas itu merupakan aktualisasi kebudayaan mutakhir yang menciptakan sensibilitas baru serta membentuk citra indrawi yang bermacam-macam dengan mudah melalui media elektronik.Kata kunci: ruang siber, komunitas fiksimini, sensibilitas baru

Page 1 of 18 | Total Record : 175