Era revolusi industri 4.0 belakangan sedang bergema di berbagai sektor. Tuntutan fleksibilitas, responsivitas, dan akurasi yang tepat menuntut sumberdaya manusia untuk mampu beradaptasi terhadap lingkungan di era 4.0 ini, tidak terkecuali generasi milenial. Disrupsi ternyata tidak hanya mempengaruhi dan mengubah fisik, tetapi juga psikologis manusia. Tingginya tingkat stress dan munculnya burnout bagi kaum pekerja dapat berdampak negatif baik bagi diri pekerja sendiri seperti kelelahan dan kurang tidur, bahkan dapat mengganggu kinerja individu dan tim. Bila hal ini terus menerus terjadi, bukan tidak mungkin perusahaan akan mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam hal mengatasi efek stress pekerja akibat adanya turnover pekerja yang tinggi, biaya perekrutan karyawan baru yang tinggi, dan sebagainya. Sebenarnya, dalam mengatasi suatu permasalahan manusia sudah pasti akan melakukan sesuatu dalam menghadapi permasalahan tersebut. Tindakan itu dinamakan dengan coping. Coping stress dalam hal ini merupakan upaya seseorang dalam menghadapi permasalahannya sebagai stressor. Travelling, merupakan salah satu cara coping stress bagi pekerja, utamanya kaum milenial dalam mengatasi stress kerja dan meningkatkan life satisfaction mereka. Dari penelitian menunjukan bahwa variabel autonomy, detachment from work, relaxation, dan mastery experience ketika melakukan kegiatan traveling memiliki peran penting dalam pemenuhan life satisfaction responden.
Copyrights © 2021