Kehidupan masyarakat Aceh erat kaitannya dengan lembaga-lembaga sosial dan keagamaan, antara lain: meunasah, masjid, dayah, madrasah, dan kantor urusan agama. Hubungan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga tersebut adalah karena sifat religius dan fanatik dalam beragama. Meskipun kadang-kadang pengamalan ajaran agama jarang dilaksanakan secara utuh dan disiplin oleh sebagian masyarakat, karena lemah keimanan dan ketaqwaan, rasa simpati terhadap agama sangat menonjol. Semua lembaga sosial dan keagamaan tersebut merupakan pusat perkumpulan anggota masyarakat meskipun secara umum peranan dan fungsinya berbeda antara satu dengan yang lain; namun tujuan akhir adalah sama, yakni sebagai wadah pemersatu. Para ulama Aceh dalam rentang waktu kurang lebih tujuh abad tergolong produktif dalam melahirkan karya-karya Melayu dalam berbagai bidang keilmuan, termasuk ilmu tauhid, fiqh, tasawuf, tafsir, ilmu hadits, ilmu falak, sastra dan kisah-kisah masa lalu. Produktivitas kitab-kitab Melayu menemukan momentumnya pada abad ke-16 sampai abad ke-19. Pada abad-abad ini, koneksi ulama-ulama Aceh dengan dunia luar begitu aktif dan intensif sehingga terjadi transmisi ilmu di kalangan para ulama antar benua, terutama kawasan India, Persia, Arab dan Nusantara.
Copyrights © 2017