Jurnal Rekonstruksi dan Estetik
Vol. 6 No. 2 (2021): Jurnal Rekonstruksi dan Estetik, Desember 2021

SUBGLOTTIC STENOSIS (SGS) PASCA TRAUMA INHALASI

Jilvientasia Godive Lilihata (Departemen Bedah Rekonstruksi Plastik dan Estetik, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia)
Iswinarno Doso Saputro (Departemen Bedah Rekonstruksi Plastik dan Estetik, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia)



Article Info

Publish Date
02 Dec 2021

Abstract

Highlights: Pentingnya evaluasi FOL sejak awal setelah cedera inhalasi. Sekuel cedera inhalasi pada subglotis dapat dicegah dengan menggunakan ETT ukuran kecil dengan tekanan cuff yang tidak terlalu tinggi. Abstrak: Latar Belakang:  Laryngotracheal  stenosis  (LTS)  terjadi  pada  24-53%  pasien pasca trauma inhalasi Insiden komplikasi pasca pembedahan LTS adalah 33- 34% dan mortalitas pasca pembedahan adalah 1,5-2%.SGS sering terjadi pada cedera inhalasi pasca intubasi. Ilustrasi Kasus: Pasien  dengan  luka  bakar  pada  area  wajah  dan  keempat ekstremitas,  akibat  ledakan  tabung  gas  pada  ruangan  tertutup.  Sembilan  jam pasca  trauma,  pasien  mengeluhkan  kesulitan  bernapas.  Pasien  diintubasi selama 2 hari pasca trauma dan 5 kali intubasi lainnya dengan ETT cuff 6,5 mm untuk  tindakan  operasi.  Tidak  ada  data  tekanan  cuff  pasien.  Hari  ke-38 perawatan  di  rumah  sakit,  pasien  mengeluh  suaranya  serak  dan  terkadang merasa sulit bernapas. Hasil fiber optic laryngoscopy (FOL) pasien menunjukan 30%  penyempitan  pada  subglotis.  Pasien  didiagnosis  dengan  SGS  stadium  1. Pasien tidak membutuhkan tindakan pembedahan dan hanya diobservasi. Hasil: Evaluasi FOL sebaiknya dilakukan sejak awal setelah cedera inhalasi. Namun, pada pasien kami, evaluasi FOL baru dilakukan setelah gejala SGS muncul. Risiko peningkatan SGS terkait dengan keparahan cedera inhalasi, tingkat peradangan, durasi penggunaan tabung endotrakeal (ETT) yang lama (lebih dari 10 hari), penggunaan ETT yang besar, dan intubasi berulang. Tekanan cuff pada ETT bisa menyebabkan masalah seperti bekas luka dan penyempitan pada subglotis. Tekanan cuff yang direkomendasikan adalah 20-30 cmH2O, dan perlu diukur dan disesuaikan setiap 4-12 jam. Pasien kami mengalami intubasi sebanyak 6 kali tanpa pengukuran tekanan cuff. Stadifikasi SGS sering menggunakan sistem Cotton Meyer staging, di mana Stadium 1 SGS biasanya tidak memerlukan tindakan pembedahan. Kesimpulan: Sekuel cedera inhalasi pada subglotis dapat dicegah dengan melakukan intubasi sesuai indikasi dan menggunakan Endotracheal Tube (ETT) ukuran kecil dengan tekanan cuff yang tidak terlalu tinggi. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya Subglottic Stenosis (SGS) yang serius.  

Copyrights © 2021






Journal Info

Abbrev

JRE

Publisher

Subject

Medicine & Pharmacology

Description

Jurnal Rekonstruksi dan Estetik (p-ISSN:2301-7937, e-ISSN: 2774-6062) is a scientific peer-reviewed medical journal which is relevant to doctor and other health-related professions published by the Faculty of Medicine, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia. Jurnal Rekonstruksi dan Estetik is ...