Akar kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) merupakan salah satu tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional dalam bentuk rebusan oleh masyarakat Dayak Kalimantan Tengah. Bentuk sediaan infus memiliki kemiripan dengan bentuk sediaan rebusan dalam pengolahannya. Meskipun beberapa penelitian terdahulu menunjukkan ekstrak air tanaman akar kuning berefek sebagai antibakteri, namun, belum ditemukan penelitian yang membandingkan potensi antibakteri bagian akar dari tanaman ini dalam bentuk sediaan infus untuk bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus) dan Streptococcus pyogenes (S. pyogenes). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan potensi infus akar dari tanaman akar kuning terhadap pertumbuhan dua spesies bakteri tersebut secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test-only with control group yang terdiri dari 3 perlakuan menggunakan variasi konsentrasi infus akar tanaman akar kuning (0,64 mg/mL, 0,32 mg/mL, 0,16 mg/mL, dan 0,08 mg/mL), eritromisin 15 μg (kontrol positif), dan akuades (kontrol negatif). Uji potensi antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram (Kirby-Baeur). Parameter yang diukur yaitu diameter zona hambat bakteri di sekitar cakram (milimeter). Data dianalisis dengan menggunakan uji One-way ANOVA, uji post-hoc LSD, dan uji t-independent pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis statistik pada hasil penelitian menunjukkan semakin besar konsentrasi infus akar kuning semakin besar daya hambatnya (p<0,001). Perbedaan konsentrasi infus pada bakteri yang sama juga menyebabkan daya hambat yang berbeda (p<0,001). Zona hambat infus akar tanaman akar kuning terhadap S. aureus lebih besar dibandingkan terhadap S. pyogenes pada konsentrasi 0,64 mg/mL dan secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah potensi antibakteri infus akar tanaman akar kuning lebih besar terhadap S. aureus dibandingkan terhadap S. pyogenes (p<0,05).
Copyrights © 2021