Tanaman ingu (Boenninghausenia albiflora (Hook.) Rchb. ex Meisn) termasuk dalam keluarga jeruk-jerukan (Rutaceae), memiliki bau menyengat mengandung minyak atsiri. Tanaman ini memiliki potensi obat yang belum tergali secara optimal. Keberadaan ingu di habitat aslinya semakin berkurang karena dalam pertumbuhan bijinya mengalami kompetensi yang ketat dengan tanaman lainnya. Kebun Raya Eka Karya Bali sebagai salah satu lembaga konservasi ek-situ telah mengoleksi tanaman ingu dari Bali dan Nusa Tenggara. Tanaman koleksi ini dicari dengan mengambil anakan/tanaman di habitat aslinya. Dalam eksplorasi belum pernah mengambil material tanaman ingu dalam bentuk biji. Penelitian ini bertujuan untuk memperbanyak tanaman ingu (B. albiflora) secara generatif (biji) dan menggali pemanfaatan etnobotaninya. Perbanyakan generatif dilakukan secara dengan menyemai biji B. albiflora sebanyak 30 biji pada 7 macam media ( M1=Kompenit+pasir, M2=Kompenit+kadaka, , M4=Kompenit, M5=Tanah, M6=Pasir, M7= Kadaka). Perlakuan media kadaka yang dicampur dengan pasir (M3) memberikan hasil terbaik. Dari hasil wawancara di lapangan terhadap 27 responden, belum ada ditemukan menanam tanaman ingu. Informasi tentang etnobotani (pemanfaatan) tumbuhan ini juga sangat minim diketahui oleh responden, hanya responden yang memiliki usia 84 tahun mengetahui dan memanfaatkan tanaman ingu yaitu sebagai obat ayan/epilepsi dan obat panas pada bayi termasuk gangguan majik.
Copyrights © 2021