Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan
Vol 2, No 2 (2020): Desember 2020

BAHASA MEMPENGARUHI BUDAYA ATAU BUDAYA MEMPENGARUHI BAHASA? (STUDI KASUS: STRATEGI KESANTUNAN DALAM KEGIATAN TAWAR-MENAWAR MAHAR DI SIDAMANIK) Does Language Influence Culture Influence Language? (Case Study: Politness Strategy in Mahar Bargaining in Sidamanik)

Manurung, Lastri Wahyuni (Unknown)



Article Info

Publish Date
21 Dec 2020

Abstract

AbstrakPada dasarnya bahasa dan budaya saling berhubungan dan terikat satu sama lain. Bahasa juga mampu mencerminkan budaya seseorang Salah satu contoh kegiatan kebudayaan adalah prosesi yang terdapat pada pernikahan adat Batak Toba, yaitu marhata sinamot (tawar-menawar mahar). Penelitian tentang strategi kesantunan dalam kegiatan marhata sinamot ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data diperoleh percakapan yang disampaikan ketika para juru bicara sedang berdiskusi atau bernegosiasi tentang jumlah mahar. Lokasi penelitian adalah di Sidamanik. Total jumlah juru bicara yang ikut serta dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang, yang diperoleh dari 5 rekaman kegiatan marhata sinamot. Hampir semua juru bicara bekerja sebagai petani, beberapa diantara mereka adalah pensiunan perkebunan, dan pedagang. Mereka berusia antara 45-70 tahun. Kondisi sosiokultural seorang penutur berpengaruh terhadap tuturan yang dihasilkannya. Prinsip kebudayaan masyarakat Batak Toba tentang somba marhula-hula, manat mardongan tubu serta elek marboru dalam tatanan dalihan na tolu, juga berpengaruh terhadap bahasa dan strategi kesantunan yang digunakan oleh penutur. Hasil temuan ini sekaligus dapat menjadi jawaban logis bahwa budaya lah yang mempengaruhi bahasa.Kata Kunci: Bahasa, Batak Toba, Budaya, Dalihan Na Tolu, Strategi Kesantunan. AbstractBasically, language and culture are interconnected and bound to one another. Language is also able to reflect one’s culture. One example of cultural activities is the procession found in the traditional Batak Toba wedding, namely marhata sinamot (the dowry bargaining). This research on politeness strategies in marhat a sinamot activities was a qualitative descriptive research. The data has been obtained through conversations delivered when the spokesmen discussing or negotiating the amount of the dowry. The research site is in Sidamanik Sub-District. The total number of spokespersons who have participated in this study is 30, and this has been obtained from 5 recordings of the marhata sinamot activities. Almost all of the spokesmen are farmers, some of them are retiredmen and traders. Their ages are between 45-70. The findings show that the politeness strategies used by the speakers in marhata sinamot are positive politeness strategies, which are exaggerating (interest, sympathy, etc with the hearer), seeking for agreement, giving hearer sympathy, using in-group identity markers, and asserting speaker’s knowledge of and concerning for hearer’s wants. Negative politeness strategies are also used, namely: asking for empathy, minimizing the imposition, apologizing, and giving deference. The sociocultural condition of a speaker affects the speech they produce. The cultural principles of the Toba Batak community regarding ‘somba marhula-hula, manat mardongan tubu and elek marboru’ in a principle of daliha na tolu have also influenced the language and politeness strategies used by speakers. These findings can be a logical answer that culture influences language.Keywords: Language, Toba Batak, culture, dalihan na tolu, politeness strategies.

Copyrights © 2020






Journal Info

Abbrev

JURNALLINGKO

Publisher

Subject

Education Languange, Linguistic, Communication & Media Social Sciences

Description

LINGKO adalah jurnal yang menerbitkan artikel ilmiah dari kajian kebahasaan dan kesastraan. Ruang lingkup LINGKO meliputi kajian linguistik teoretis, linguistik terapan, linguistik interdisipliner, sastra teoretis, sastra terapan, sastra interdisipliner, dan pengajaran bahasa dan sastra. LINGKO ...