Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan prosesi dan kelengkapan kelengkapan isi haroa turuntana (dulang) dalam ritual poitolu (memperingati malam ke-3 setelah penguburan mayat yang diritualkan) pada etnik Muna, dan (2) menganalisis makna yang terkandung pada kelengkapan isi haroa turuntana dalam ritual poitolu pada etnik Muna. Teori yang digunakan untuk menganalisis makna yang terkandung pada kelengkapan isi haroa turuntana dalam ritual poitolu pada etnik Muna adalah teori semiotika. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan jenis dataprimer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara mendalam. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan interpretatif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)Prosesi pelaksanaan ritual poitolu pada etnik Muna dimulai dengan kabubusino koburu (penyiraman bumbungan timbunan kuburan mayat yang diritualkan) dilakukan oleh lebe (pegawai syarah agama) pada sore hari, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa haroa turuntana pada ritual poitolu di rumah tempat meninggalnya mayat yang diritualkan. (2) Makna yang terkandung pada kelengkapan isi haroa turuntana  ritual poitolu pada etnik Muna merupakan simbol anggota tubuh manusia, misalnya: pisang raja sebagai simbol kaki dan jari-jarinya, satu piring besar nasi putih yang dicampur dengan beras merah sebagai simbol kepala, lapa-lapa sebagai simbol lengan, kue cucur sebagi simbol daun telinga, wadhe sebagai simbol daging, pisang goreng sebgai simbol lidah, dan seterusnya.Kata kunci:Ritual, po itolu, etnik Muna
Copyrights © 2019