Wilayah perairan Indonesia sebagai kesatuan dari berbagai macam satuan bahari (sea systems), maka proses integrasi dapat difahami berdasarkan sejarah masing-masing sistem itu yang kian berkembang menjadi satuan yang lebih besar, seperti laut Banda, laut Flores dan laut Jawa yang pada masa kemudian menjadi wilayah inti dari kepulauan Indonesia. Penelitian ini pada intinya mempersoalkan kaitan antara Banda sebagai produsen tunggal buah pala dengan perdagangan pala serta jaringan pelayaran niaga, dimana orang-orang Banda terlibat langsung sebagai pelaut sekaligus pedagang yang mengantar-pulaukan rempah-rempah termasuk cengkih. Sejalan dengan itu unsur pengetahuan menjadi penting, terutama yang terkait dengan teknologi pembuatan perahu dalam berbagai jenis, ketrampilan navigasi yang disertai dengan pengetahuan geografi untuk mengenal lokasi-lokasi yang dikunjungi serta hidrologi untuk mengetahui arus laut pada waktu-waktu tertentu. Dengan metode kualitatif melalui tahap heuristic, kritik sumber dan interpretasi atas data serta historiografi, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi ekologis kepulauan Banda dan eksistensi Pala sebagai komoditas perdagangan adalah factor yang memicu lahirnya masyarakat bahari Banda yang memiliki pengetahuan dan pandangan tentang laut dengan segala aspek kebahariannya. Sejarah sosial masyarakat Banda memperlihatkan adanya perkembangan komunitas dengan ciri-ciri yang sangat berbeda. Pada era pra kolonial, inisiatif dan aktivitas dunia kebaharian didominasi dan ditentukan oleh komunitas Asli Banda.Sedangkan pada era kolonial (penjajahan) inisiatif dan aktivitas dunia kebaharian didominasi dan ditentukan oleh pihak penjajah.Sementara pada era pasca kolonial telah terbentuk sebuah komunitas Banda Baru yang merupakan campuran dari berbagai etnik yang membentuk sebuah etnik baru yang bisa dilabelkan sebagai komunitas Banda Baru.
Copyrights © 2016