Majalah Geografi Indonesia
Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia

Kajian metode deterministik untuk zonasi kerawanan gerakan tanah di Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur

Erik Febriarta (Fakultas Teknologi Sumber Daya Alam, Institut Teknologi Yogyakarta, Yogyakarta and Palawa Karya, www.palawakarya.co.id, Yogyakarta)
Denni Susanto (Prodi Pengelolaan Hutan, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)
Aditya Pandu Wicaksono (Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta)
Ajeng Larasati (Palawa Karya, www.palawakarya.co.id, Yogyakarta)



Article Info

Publish Date
31 Mar 2022

Abstract

Abstrak Karakteristik morfologi berbukit dengan kemiringan lereng curam berpotensi atau rawan membentuk kejadian longsor (gerakan tanah). Tujuan kajian ini adalah menentukan zona kerawanan gerakan tanah dengan pendekatan spasial deterministik, yakni analisis sifat faktor kelerengan menggunakan parameter kemiringan lereng, jenis batuan, ketebalan pelapukan batuan, struktur geologi (jarak terhadap sesar), sifat geoteknik (ukuran butir), dan kegempaan regional. Selain pengukuran di lapangan, data berikut juga diperoleh dari data sekunder, yakni kemiringan lereng (konversi digital elevation model), jenis batuan, ketebalan pelapukan, dan sifat geoteknik (Pusat Survei Geologi), serta kedalaman air tanah (BAPPEDA). Struktur geologi diperoleh dari Pusat Survei Geologi dan analisis jarak menggunakan sistem informasi geografis, sedangkan intensitas hujan dari BMKG dan nilai kegempaan dari BMKG dan Badan Geologi. Berdasarkan hasil analisis, daerah kajian (43,3 km2) memiliki empat zona kerawanan gerakan tanah, yakni sangat rendah (34,73%), rendah (20,98%), sedang (26,78%), dan tinggi (17,51%). Secara umum, Labuhan Bajo memiliki kerawanan gerakan tanah yang sangat rendah (34,73%). Abstract Hilly morphology with steep slopes is a factor of susceptibility to landslides (mass movements). The study was designed to determine mass movement susceptibility zones using a deterministic spatial approach by analyzing slope factors, namely slope gradient, rock type, rock weathering depth, geological structure (distance to fault), geotechnical properties (grain size), and regional seismicity. Aside from measurements in the field, these parameters were also measured from secondary data: slope gradient (conversion of digital elevation model), rock type, weathering type, geotechnical properties (PSG), and groundwater depth (BAPPEDA). In addition, geological structures were obtained from PSG and geographic information systems (distance analysis), rainfall intensity was from BMKG, and seismicity values were from BMKG and the Geological Agency. Based on the analysis results, the study area (43.3 km2) had four susceptibility zones: very low (34.73%), low (20.98%), medium (26.78%), and high (17.51%). In general, Labuan Bajo had a very low susceptibility to mass movements. 

Copyrights © 2022