ANDHARUPA
Vol 8, No 01 (2022): March 2022

PEMETAAN IDEOLOGI PERFORMATIF DAN REPRESIF DALAM VIDEO DOKUMENTER DI KANAL YOUTUBE: SEBUAH PERSPEKTIF MULTIMODALITAS BUDAYA KOTA LASEM

Harry Harry (Universitas Bunda Mulia, Banten)
Rustono Farady Marta (Universitas Satya Negara Indonesia)
Muhammad Bahruddin (Universitas Dinamika, Jawa Timur)
Nurlina Bangun (Institute of Social and Political Sciences Jakarta)
Laurencia Steffanie Mega Wijaya Kurniawati (Universitas Satya Negara Indonesia)



Article Info

Publish Date
16 Apr 2022

Abstract

AbstrakPenanaman akulturasi budaya di Pulau Jawa telah terjalin sejak 600 tahun silam dan tertuang dalam video dokumenter. Dokumentasi dari sejumlah perspektif komunikator disampaikan dengan menggunakan teknik visual yang berbeda. Khalayak yang menerima video dokumenter kemudian memperluas pengetahuan mereka berdasarkan perspektif tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan persatuan budaya di Kota Lasem, Jawa Tengah, melalui dua video dokumenter dari akun IndonesiaKaya dan Klenteng Lasem yang ditayangkan di kanal Youtube. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif konstruktivis dengan metode analisis diskursus multimodalitas. Elemen teori yang digunakan adalah metafora visual dan performa kultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan ideologi performatif dan represif sineas komunikator kedua akun Youtube dalam menyampaikan pesan pelestarian budaya Lasem kepada khalayak. Persamaan tersebut terdapat dalam penayangan sinergisitas visual yang membahas klenteng Gie Yong Bio sebagai pusat pelestarian sejarah Lasem. Sementara perbedaannya terdapat dalam ideologi yang digunakan untuk menyampaikan makna kepada khalayak. Akun IndonesiaKaya menggunakan ideologi performatif budaya dalam penyampaian pesannya. Sementara akun Klenteng Lasem menggunakan ideologi sejarah penjajahan pemerintahan VOC terhadap rakyat Pulau Jawa dari cuplikan film. Kata Kunci: analisis teks, budaya, dokumenter, Lasem, multimodalitas AbstractAcculturation of Javanese cultures has been planted around 600 years ago and was delivered through a documentary. Communicator’s perspective is built through documentation and distributed in form of video. Audiences receiving the documentary video will then be able to expand their knowledge through a specific perspective. The purpose of this research is to find out how documentary proves a unity of differing cultures in Lasem City, Central Java, from 2 different accounts, which is IndonesiaKaya and Klenteng Lasem. The research is conducted in qualitative method with constructivist paradigm, as well as multimodality discourse analysis technique. The mapping of visual metaphor theory and cultural performance theory is used in this research. It is discovered in the research that the two accounts have their similarity and difference in two account’s communicator ideology to inform audience about conserving Lasem’s culture. The similarity lies within the visual synergy that discusses Gie Yong Bio Temple as Lasem’s history conservation center. The difference is the ideology, both performative and repressive, of the two accounts to create meaning to audience, where IndonesiaKaya account used cultural performance to deliver their ideology, while Klenteng Lasem account used Javanese’s suffering from VOC’s colonialism from a film’s cutscene to construct audience’s ideology.  Keywords: culture, documentary, Lasem, multimodality, text analysis

Copyrights © 2022