Keberadaan Spodoptera frugiperda menjadi salah satu faktor pembatas produksi jagung di Indonesia. Status S. frugiperda di Indonesia sebagai hama baru pada pertanaman jagung mengakibatkan masih terbatasnya metode pengendalian yang dapat diterapkan. Pola pengendalian menggunakan pestisida sintetik akan menimbulkan permasalahan resistensi di kemudian hari. Pemanfaatan pestisida nabati dinilai sebagai sarana pengendalian alternatif yang dapat digunakan. Tanaman sirsak (Annona muricata) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi dijadikan sebagai pestisida nabati. Pemanfaatan tanaman A. muricata di Indonesia sebagai pestisida nabati telah dilaporkan efektif untuk mengendalikan berbagai hama. Ekstrak metanol biji A. muricata diujikan dengan konsentrasi 0%, 0,2%, 0,4%, 0,8%, dan 1,6%. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak biji A. muricata 1,6% dinilai efektif untuk mengendalikan S. frugiperda dengan tingkat mortalitas sebesar 93,33 ± 1,15 % dan nilai LC95 sebesar 3,105%, dapat menghambat laju perkembangan larva hingga 5,85 hari, mempengaruhi keberhasilan pembentukan pupa hingga 33%, dan keberhasilan imago hingga 0%. Akan tetapi, ekstrak metanol biji A. muricata dinilai kurang efektif dalam menghambat aktivitas makan dan pertumbuhan S. frugiperda. Respons penghambatan aktivitas makan teramati hanya sebesar 32,43% dan pengaruhnya terhadap penghambatan pertumbuhan larva tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain. Ekstrak biji A. muricata dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian S. frugiperda namun perlu dikembangkan dengan menguji fraksi pelarut lain maupun dengan mengombinasikan ekstrak biji A. muricata dengan tanaman lain.
Copyrights © 2022