Abstract. This study discusses the 'toxic relationship' and mental illness experienced by female adolescent characters in the novel Represi (2018) by Fakhrisina Amalia. The method applied in the study is descriptive qualitative. Because it discusses psychological problems and girl adolescents, the research approach used is literary psychology and feminist literary criticism. Data in the form of words, phrases, and sentences are quoted from the object of research after closed reading, to then be classified, interpreted, and studied with relevant theories. The results of the study show that: (1) all the constructive elements of the text show the effects of unhealthy relationship in the form of mental illnes in female adolescent character. (2) The effort to the suicide of the character is a form of repression as a form of self-defense mechanism. (3) The 'toxic relationship' between the female protagonist and her lover reflects the gender inequality between men as the dominant party and women as the dominated. (4) The violence shown in the novel is not only physical but also verbal and emotional. From this analysis, it can be argued that unequal relationships in love have the potential to place women as victims who are physically and mentally harmed. Abstrak. Penelitian ini mendiskusikan ‘hubungan beracun’ dan gangguan mental yang dialami tokoh remaja perempuan di dalam novel Represi (2018) karya Fakhrisina Amalia. Metode yang diterapkan dalam kajian adalah deskriptif kualitatif. Karena membahas permasalahan kejiwaan dan remaja perempuan, maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah psikologi sastra dan kritik sastra feminis. Data berupa kata, frasa, dan kalimat dikutip dari objek penelitian setelah dilakukan pembacaan tertutup, untuk kemudian diklasifikasi, diinterpretasi, dan dikaji dengan teori-teori yang relevan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: (1) seluruh elemen konstruktif teks memperlihatkan akibat dari hubungan yang tidak sehat berupa gangguan mental pada tokoh remaja perempuan. (2) Upaya mengakhiri hidup yang dilakukan tokoh tersebut adalah wujud represi sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri. (3) Hubungan beracun di antara tokoh remaja perempuan dan kekasihnya merefleksikan ketimpangan gender di antara laki-laki sebagai pihak dominan dan perempuan sebagai pihak yang didominasi. (4) Kekerasan yang ditampilkan dalam novel tersebut tidak hanya berupa kekerasan fisik, namun juga verbal dan emosional. Dari kajian ini, dapat diargumentasikan bahwa relasi yang tidak setara dalam percintaan berpotensi menempatkan perempuan sebagai korban yang dirugikan secara fisik maupun mental.
Copyrights © 2021