Pandangan negatif yang akhir-akhir ini sering menyudutkan para penegak hukum yang dinilai tidak lagi konsisten terhadap tugasnya, sering menyalahgunakan kewenangan, melanggar hak asasi manusia, arogan, KKN dan lain-lain disinyalir oleh para tokoh, pengamat, pemerhati dan bahkan pimpinan lembagaitu sendiri sebagai bentuk merosotnya atau tidak adanya lagi karakter pada penegak hukum, kemudian timbulah stigma.Tanpa disadari bahwa kondisi ini tidakterlepas dari peran serta lingkungan dan perkembangan sosial yang terus berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Upaya untuk mengatasi dan menjawab stigma ini sering tidak berhasil dan timbul perpecahan karena adanya dilakukan dengan saling menyalahkan, appreciative inquiry merupakan salahsatu konsep yang relevan untuk memperbaiki dan membangun karakter yang humanis karena memfokuskan pada kekuatan bukan pada kelemahantetap mencari sisi positif dan kekuatan dari ketidaknyamanan yang dirasakan tidak berkutat pada apa yang menjadi masalah tetapi pada kekuatan ataukeberhasilan apa yang dimiliki polisi sebagai penegak hukum perlu melakukan langkah langkah dan upaya untuk menjawab dan merubah stigma menjadi suatupersepsi yang dapat mengangkat pendapat positif dan dimulai dari awal dibentuknya Polisi, salah satunya adalah taruna sebagai embrio perwira polisiyang akan datang, penggunaan appreciative inquiry dalam pembentukan karakter dari taruna akan lebih membumi jika dalam pelaksanaanya dilakukanmelalui kebijakan pimpinan yang menekankan gaya kepemimpinan Individualized Consideration yaitu Individualized Consideration the lead policy.
Copyrights © 2012