Ekspresi: Indonesian Art Journal
Vol 11, No 1 (2022)

Cendayam: Interpretasi Cengkok Ayu Kuning dalam Komposisi Karawitan

Gangsar Yogi Armansyah (Institut Seni Indonesia Yogyakarta)
Anon Suneko (Institut Seni Indonesia Yogyakarta)
Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar (Institut Seni Indonesia Yogyakarta)



Article Info

Publish Date
12 Aug 2022

Abstract

AbstrakMusik karawitan Jawa mengenal istilah cengkok. Cengkok adalah abstrak yang tidak terdengar maupun terwujud sedangkan cengkok yang terwujud dinamakan wiled. Cengkok yang berasal dari nada vokal salah satunya adalah Ayu Kuning. Cengkok Ayu Kuning memiliki lagu yang menonjol seperti nada lagu tinggi kemudian ke rendah. Cengkok ini memiliki ciri khas tersendiri pada garap sindhen, gender, maupun rebab dibanding cengkok lain. Penelitian ini mengunakan metode Practice as Research through Performance (praktik sebagai penelitian melalui pertunjukan) yang terdiri dari pragarap (observasi, studi pustaka, analisis sumber terkait, wawancara, diskografi, konteks musikal), garap (instrumentasi musikal, tafsir garap, presentasi musikal), dan pascagarap. Karya ini juga menggunakan medium tradisi dan idiom baru. Penelitian ini bertujuan untuk  menafsirkan dan memaknai cengkok Ayu Kuning dalam karya komposisi karawitan. Karya komposisi “Cendayam” yang diciptakan merupakan karya komposisi karawitan yang mengambil subtansi dasar karawitan tradisi sebagai ide dasar dan konsep penciptaan karya. Karya ini menginterpretasikan dan mengembangkan cengkok Ayu Kuning sebagai tema penciptaan dan menggunakan pola garap kreasi baru dengan mengolah aspek harmoni dan unsur-unsur dalam musik seperti melodi, ritme, dan dinamika. Cengkok Ayu Kuning juga dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dasar cengkok Ayu Kuning yang biasa digunakan dalam karawitan dan pemaknaan dari epistimologi kata Ayu Kuning. Kata kunci : cengkok, Ayu Kuning, wanita, pengembangan, pemaknaan, interpretasi AbstractJavanese karawitan music has cengkok term. Cengkok is an abstract that is neither heard nor manifested while the manifested one is called "wiled." Cengkok comes from a vocal tone, one of which is Ayu Kuning. Cengkok Ayu Kuning has a unique song with a high and then a low tune. This cengkok has its characteristics in working on sindhen, gender, and fiddle compared to other cengkok. This study uses the Practice as Research through Performance method which consists of pragarap (observation, literature study, analysis of related sources, interviews, discography, musical context), garap (musical instrumentation, interpretation of garap, musical presentation), and pascagarap. This work also uses the medium of tradition and new idioms. This study aims to interpret and interpret the cengkok Ayu Kuning in musical composition works. The compositional work "Cendayam" is a musical composition work that takes the basic substance of traditional music as the basic idea and concept of creating the work. This work interprets and develops the Ayu Kuning cengkok as the theme of creation and uses a new creation work pattern by processing aspects of harmony and elements in music such as melody, rhythm, and dynamics. Cengkok Ayu Kuning is also seen from two points of view, namely the basis of the Cengkok Ayu Kuning which is commonly used in karawitan, and the meaning of the epistemology of the word Ayu Kuning. Keywords : cengkok, Ayu Kuning, women, develompment, meaning, interpretation

Copyrights © 2022






Journal Info

Abbrev

ekspresi

Publisher

Subject

Arts Humanities Education Languange, Linguistic, Communication & Media Social Sciences

Description

EKSPRESI is a double-blind peer-reviewed international journal published twice a year in April and October. Ekspresi published by Institut Seni Indonesia Yogyakarta. This journal contains articles on research results, conceptual ideas, art creation, and community service activities in the fields of ...