Riset ini bertujuan menyusun profil HL anak-anak pedesaan. Data dalam riset fenomenologis ini dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif di 13 desa. Pemeriksaan keabsahan data ditempuh melalui triangulasi. Berdasarkan analisis kualitatif, riset ini menyoroti beberapa temuan penting berikut: (a) anak dan orangtua memandang HL bukan sebagai kewajiban yang diinstruksikan sekolah, melainkan sebagai kompensasi dari pemerintah atas situasi krisis. (b) HL di pedesaan terselenggara dalam desain blended learning (model: flipped classroom). Desain itu dipilih karena tidak maksimalnya online learning dan hybrid learning. (c) tingkat partisipasi HL cenderung rendah. Selain disebabkan kendala teknis, ini disebabkan lingkungan sosial-budaya yang mempromosikan pragmatisme terhadap proses pendidikan. (d) lingkungan sosial-budaya memberi peluang bagi keberhasilan HL dan pembangunan pendidikan secara umum melalui falsafah Madura: Bhuppa'-Bhabbhu', Ghuru, Rato. Falsafah ini adalah pedoman masyarakat etnis Madura untuk mengatur prioritas dan penghormatan kepada tiga (atau empat) figur penting bagi kehidupan. Falsafah ini juga mendasari keputusan anak untuk berpartispasi ataukah tidak berpartisipasi dalam HL. Implikasi temuan riset ini adalah koreksi atas sejumlah riset terdahulu yang menyebut kemiskinan dan keterbelakangan sebagai variabel paling berpengaruh dalam keberhasilan HL anak-anak pedesaan.
Copyrights © 2022