Bahasa Jepang memiliki berbagai jenis bunyi yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pelafalan tidak menutup kemungkinan oleh pengajar. Disisi lain, pengajar menjadi role model dalam pelafalan bunyi nasal /n/ diikuti bilabial /p/. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk menghindari efek domino akibat kesalahan pelafalan oleh pengajar bahasa Jepang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, menggunakan data berupa rekaman suara dari 5 pengajar bahasa Jepang di Universitas Brawijaya. Data dianalisis menggunakan software Praat untuk pelafalan lima kata yang [shinpai], [enpitsu], [tenpura], [kanpeki], dan [sanpo]. Rekaman penutur asli bahasa Jepang juga digunakan sebagai pedoman analisis data. Hasil yang ditemukan pada penutur asli yaitu adanya bunyi nasal yang dilafalkan menjadi nasal velar /ŋ/ dan penahanan arus udara atau Heisa (閉鎖) tanpa getar. Pada pengajar, pelafalan yang dihasilkan nasal bilabial /m/ sebanyak 12 data dan pengajar yang melafalkan seperti penutur asli nasal velar /ŋ/ 4 data, serta nasal alveolar /n/ terdapat 8 data.
Copyrights © 2022