Biomedika
Vol 14, No 2 (2022): Biomedika Agustus 2022

AKTIVITAS ANTIFUNGI CUKA NANAS (Ananas comosus) PADA PERTUMBUHAN JAMUR Malassezia furfur

Maya Dian Rakhmawatie (Bagian Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Semarang)
Tefia Riswanda Lumban Gaol (Unknown)
Ika Dyah Kurniati (Bagian Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Semarang)



Article Info

Publish Date
21 Sep 2022

Abstract

ABSTRAK Malassezia furfur merupakan flora normal yang terdapat pada kulit manusia, namun dapat menjadi patogen pada pasien imunosupresi. Di Indonesia, penyakit kulit pityriasis versicolor (hampir 50% penyakit kulit) disebabkan oleh M. furfur. Ketokonazol merupakan obat yang paling umum digunakan untuk pengobatan infeksi M. furfur, namun diketahui memiliki efek samping kerusakan hati. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengembangan antijamur yang lebih aman. Cuka nanas mempunyai potensi sebagai antijamur karena mengandung senyawa saponin dan tanin. Penelitian ini melakukan uji kadar hambat minimal (KHM) cuka nanas dengan metode two-fold dilution pewarnaan Resazurin Microplate Assay (REMA). Konsentrasi cuka nanas yang digunakan berada pada rentang 62.5- 4000 µg/mL. Analisis regresi digunakan untuk menilai hubungan antara konsentrasi cuka nanas dengan pertumbuhan jamur M. furfur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi cuka nanas 4000 µg/mL belum dapat menghambat pertumbuhan jamur M. furfur. Namun, berdasarkan hasil uji regresi linier sederhana, diketahui terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi cuka nanas terhadap pertumbuhan jamur dengan persamaan garis y = -0,000097x + 5,88 dan nilai korelasi determinasi (R2) 0,729 = 72,9 % (p=0,000). Peningkatan dosis uji cuka nanas mungkin dapat bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan jamur M. furfur.Kata Kunci: Antijamur, Cuka Nanas, Malassezia Furfur, Resazurin Microplate Assay. ABSTRACT Malassezia furfur is normal flora found on human skin, but can be pathogenic in immunosuppressed patients. In tropical areas such as Indonesia, pityriasis versicolor skin disease (almost 50% of skin diseases) is caused by M. furfur.). Ketoconazole is commonly drug for the treatment of M. furfur infection, but it’s known to have hepatotoxic effects. Therefore, it’s necessary to develop safer antifungals. Pineapple vinegar has potential as an antifungal because it contains saponins and tannins. Minimum inhibitory concentration (MIC) of pineapple vinegar was carried out using two-fold dilution method and Resazurin Microplate Assay (REMA) staining. The concentration range of pineapple vinegar used is 62.5- 4000 g/mL. Regression analysis was used to assess the relationship between pineapple vinegar concentration and the growth of the M. furfur. The concentration of pineapple vinegar 4000 g/mL could not inhibit the growth of the M. furfur. However, based on a linear regression test, there is a relationship between increasing the concentration of pineapple vinegar on the growth of M. furfur, with regression line equation y = -0.000097x + 5.88 and (R2) 0.729 = 72.9% (p = 0.000). Increasing the dose of pineapple vinegar may be useful for inhibiting the growth of the M. furfur.Keywords: Antifungal, Malassezia furfur, pineapple vinegar, pytiriasis versicolor, resazurin microplate assay 

Copyrights © 2022