Desa Gilangharjo memiliki beragam potensi wisata. Dalam pengembangan desa wisata harus didukung oleh pengembangan wisata kuliner yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Permasalahan yang dihadapi UKM pangan khususnya UKM mitra dalam kegiatan IbM yaitu UKM Syifa (UKM I) dan UKM Kondang Rasa (UKM II) adalah geplak yang dihasilkan oleh kedua UKM Mitra cepat lunak dan berjamur karena pengemasannya menggunakan anyaman bambu tidak kedap terhadap uap air, belum dapat memenuhi permintaan bakpia yang banyak, lebih-lebih pada musim liburan atau saat banyak pesanan bakpia, pengemasan peyek tumpuk yang dihasilkan oleh UKM Mitra I sukar dilakukan dan tekstur peyek mudah hancur. Metode pelaksanaan kegiatan IbM meliputi peningkatan kapasitas produksi bakpia dan geplak, peningkatan batas kadaluwarsa geplak, perbaikan cara produksi dan sanitasi industri sehingga meningkatkan produktivitas kerja serta penerapan pembukuan administrasi produksi dan keuangan sederhana. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan bahwa pengembangan peralatan semi mekanis dalam produksi bakpia dapat meningkatkan kapsitas produksi, pengembangan produk bakpia sebagai makanan fungsional bagi penderita diabetes menghasilkan bakpia dengan pemanis asli kurma dengan indeks glisemik 50,11 dan bakpia dengan pemanis sorbitol dan stevia dengan indeks glisemik 55 serta perbaikan metode pengemasa dan alat produksi dapat meningkatkan batas kadaluawarsa geplak. Pelaksanaan program IbM di Desa Gilangharjo dapat meningkatkan pendapatan UKM hingga mencapai Rp 50 juta per bulan, meningkatkan peluang kerja bagi masyarakat di sekitarnya khususnya para pemuda putus sekolah untuk bagian produksi dan ibu-ibu rumah tangga untuk bagian pengemasan. Peningkatan kualitas makanan tradisional yang diproduksi UKM diharapkan dapat mendukung pengembangan wisata.Kata kunci : UKM industri kecil pangan, kapasitas produksi, cara produksi, pengemasan, sanitasi
Copyrights © 2014