AbstrakKonflik teritorial maritim di Laut Natuna Utara (Laut Cina Selatan) merupakan salah satu penyebab ketegangan baik secara regional maupun global, hal ini telah berlangsung lama dan tidak sedikitpun mengarah kepada rekonsiliasi yang dapat diterima oleh pihak-pihak terkait. Cina mengerahkan kapal-kapal sipilnya (kapal ikan dan survey yang di back-up kapal Coast Guard) untuk beraktifitas di zona yang diklaim. Tindakan yang dilakukan Cina tersebut untuk mendukung klaim teritorialnya di Laut Natuna, termasuk Laut Natuna Utara, merupakan implementasi dari strategi wilayah abu-abu yang digunakannya untuk memajukan kepentingan nasionalnya. Strategi Zona Abu-abu (Grey Zone Strategy) adalah penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan tanpa menggunakan kekerasan yang jelas yang dapat memicu perang tradisional antar negara. Hal ini menimbulkan pertanyaan, strategi apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghadapi asersi sebuah negara berkekuatan nuklir seperti Cina, dengan hasil yang seoptimal mungkin tanpa meningkatkan risiko eskalasi konflik.Berdasarkan panduan dari teori politik internasional tentang instrumen pelaksana kekuatan negara yaitu DIME (Diplomacy, Information, Military, dan Economy) dan hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa saat ini TNI AL/ Indonesia berada pada kuadran Weaknesses-Threats. Faktor-faktor yang menonjol adalah Hankamrata pada Strengths, Anggaran Pertahanan pada Weaknesses, Kekuatan NATO/ Asia Timur pada Opportunities, dan Kekuatan Militer Cina pada Threats. Pada situasi ini disarankan TNI AL untuk bertahan/ defensif semaksimal mungkin dengan harapan tidak muncul hal yang lebih merugikan TNI AL/ Indonesia. Di saat yang sama, TNI AL/ Indonesia juga harus mencari strategi alternatif.Kata Kunci: Strategi Maritim, DIME, SWOT, Laut Cina Selatan, Grey Zone Strategy.AbstractMaritime conflicts in the North Natuna Sea (South China Sea) are one of the causes of tensions both regionally and globally, this has been going on for a long time and has not led to a reconciliation that can be accepted by the contestants. China has deployed its civilian vessels (mostly fishing and survey vessels backed by its Coast Guard) to operate in the claimed zone. China's action to support its territorial claims in the Natuna Sea, including the North Natuna Sea, is an implementation of the grey zone strategy to advance its national interests. The Grey Zone Strategy is intended to use national power to achieve goals without escalating conflict which could trigger wars between countries. This situation raises the question, of what strategy should be taken to deal with the assertion of a nuclear power country like China, to optimize results without risking escalating the conflict.Drawing from international political theories, in implementing the national power, the DIME (Diplomacy Information Military and Economy), and utilizing the SWOT analysis method, this research finds the Indonesian Navy / TNI is in the Weaknesses-Threats quadrant. The salient factors are Hankamrata on Strengths, Defense Budget on Weaknesses, NATO/East Asia Powers on Opportunities, and China's Military Strength on Threats. That being said, this research recommends that the Navy is to stay defensive with the hope that situations are not getting worst for the Indonesian Navy. At the same time, the Indonesian Navy must also look for alternative strategies.Keywords: Maritime Strategy, DIME, SWOT, South China Sea, Grey Zone Strategy.
Copyrights © 2022