Vernacular
Vol 1 No I (2021): JULY EDITION 2021

Semiotik Sosial Yang Terkandung Dalam Tradisi Martahi Karejo Masyarakat Angkola

Ilham Sahdi Lubis (Institut Pendidikan Tapanuli Selatan)



Article Info

Publish Date
13 Feb 2020

Abstract

Pada dasarnya masyarakat Angkola sangat menjunjung tinggi adat pada setiap kali ingin melaksanakan hajatan atau acara adat, di mana apabila ada salah satu dari warga yang ingin melaksanakan horja atau pesta dalam hal ini adalah Suhut, maka seluruh anggota keluarga akan bermusyawarah kepada para pataya-pataya adat atau ketua adat untuk menyampaikan keinginan atau keluhan untuk meminta bantuan kepada ketua adat tersebut agar kiranya disampaikan kepada para warga sekampung. Dalam hal ini, martahi karejo merupakan acara adat yang dilakukan sebelum prosesi upacara perkawinan pada masyarakat Angkola yang dimulai dari musyawarah seperti yang sudah dianalisis di atasyakni berbicara dalam bertutur sapa yang sangat khusus dan unik, antara barisan yang terdapat dalamdalian na tolu yaitu Kahanggi, Anak Boru dan Mora. Konteks situasi yang terlihat pada teks hobar pada tradisi martahi karejo yaitu medan wacana yang terdiri dari Hata ni Suhut, Hata ni Kahanggi, Hata ni Hombar Suhut, Hata ni Anak Boru, Hata ni Pisang raut, Hata ni mora, Hata mangalusi ni Hatobangon, Hata pangalusi ni Harajaon, Hata pangalusi ni orang kaya, Hata pangalusi ni Raja, dan Hatani Pasahat Burangir Taon-Taon. Sementara itu, yang dikategorikan sebagai pelibat wacana dari teks hobar pada tradisi martahi karejo adalah Suhut Si Habolonan, Kahanggi, Anak Boru, Pisang Raut, Na Mora , Hatobangon, Hatarajaon, OrangKaya, dan Raja Pasunan Bulung. Sedangkan yang dikategorikan sebagai sarana wacana dari teks hobar pada tradisi martahi karejo adalah pesan disampaikan secara lisan yaitu dengan cara monolog, berpidato dan berpantun. Makna perangkat adat yang mempunyai arti luas dan mempunyai filsafat bagi masyarakat Angkola khususnya, yakni (1) burangir (sirih), (2) gambir, (3) soda, (4) pining (pinang), (5) timbako (tembakau), (6) pinggan (piring), (7) abit (kain), dan (8) hadangan. Perangkat adat satu sampai lima dikatakan juga pada istilah masyarakat Angkola, yakni empat ganjil lima gonop yang artinya emapat masih terasa ganjil atau janggal maka harus dibuat 5 agar menjadi genap ataupun lengkap.

Copyrights © 2021






Journal Info

Abbrev

Vernacular

Publisher

Subject

Humanities Education Languange, Linguistic, Communication & Media Social Sciences Other

Description

VJLLC, a peer-reviewed journal, is an interdisciplinary publication of original research on Linguistics, Literature, and Communication that aims to provide a forum for scholarly understanding and promote the process of knowledge, values, and skills. The journal encompasses research articles, ...