Pengelolaan lahan kritis yang tidak tepat akan memberikan dampak negatif yang cukup kompleks. Dampak negatif dalam konteks ini diantaranya banjir, erosi, dan longsor. Banjir, erosi ataupun longsor disatu sisi merupakan dampak buruk yang terajdi akibat pengelolaan lahan kritis yang tidak tepat , tetapi disisi lain banjir, erosi ataupun longsor dapat menjadi faktor yang menyebabkan meluasnya lahan kritis, sebab hal tersebut dapat bermuara pada menurunnya kualitas lahan sehingga lahan tidak mampu berproduksi secara optimal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang jika diuraikan lebih jauh faktor-faktor tersebut berasal dari berbagai latar belakang yang saling mempengaruhi antara satu dan lainnya. Pada Kabupaten Jayawijaya yang menjadi lokasi penelitian faktor-faktor penyebab lahan kritis adalah terjadinya longsor yang disebabkan oleh erosi, illegal logging, pembakaran hutan, penataan zonasi kawasan yang belum berjalan dengan optimal, pola penggunaan lahan tidak konservatif, pengalihan status lahan yang tidak sesuai dengan arahan pemenfaatannya,, perilaku pemanfaatan lahan yang menurunkan kualitas lahan, seperti ladang berpindah, penggunaan pupuk yang berlebihan, pengembalaan ternak secara lepas dan tidak terkendali, serta faktor iklim yaitu musim hujan dan kemarau yang panjang. Untuk hasil penilaian kekritisan lahan pada masing-masing fungsinya adalah : hutan lindung dengan skor kekritisan lahan sebesar 380 yang berarti kondisi lahan tergolong “ Potensial Kritis”, kawasan budidaya untuk pertanian dengan skor 415 yang artinya lahan dalam kategori “ Potensial Kritis”, sedangkan kawasan lindung diluar kawasan hutan dengan skor 140 termasuk dalam kategori “Kritis”.
Copyrights © 2012