Warna tradisional Bali merupakan warna yang didasarkan pada filosofi ajaran agama Hindu Bali. Warna dalam seni rupa di Bali memiliki fungsi yang istimewa, karena selain memiliki nilai pragmatis untuk memperindah tampilan produk juga memiliki nilai filosofis keagamaan dan budaya di Bali. Warna dalam seni rupa di Bali memiliki fungsi yang istimewa, karena selain memiliki nilai pragmatis untuk memperindah tampilan produk juga memiliki nilai filosofis keagamaan dan budaya di Bali. Penelitian ini akan melakukan analisis komparasi warnabali dengan nuansa warnabali yang digunakan sebagai bahan finishing pintu ukir di Kabupaten Gianyar. Warna berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh A.A Gede Rai Remawa terdiri dari konsep tri datu (tri kono) sampai konsep Nawa Sanggha yang menjadi pertimbangan penempatan warna di Bali yang bersumber pada lontar Kereb Bhuana, Dewa Tatwa ataupun lontar lainnya. Warnabali merupakan warna berbahan dasar mangsi, taum, kencu, deluge, pere, atal dan tulang yang menghasilkan warna yang disebut “Cet Bali” dan terdiri dari 7 (tujuh) warna dasar. Penggunaan Warnabali oleh perajin di PT. Sraya Bali Style saat ini merupakan hasil dari warisan turun temurun oleh tetua, pengalaman estetis dari melihat benda pusaka, dan arca keagamaan. Warna yang mucul dari pemahaman tersebut di istilahkan dengan Nuansa warnabali. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seperti apa kandungan dari nuansa warnabali pada pintu ukir di PT. Sraya Bali Style berdasarkan pembacaan dengan spectrophotometer sinar tampak nix pro 2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi pengembangan ragam pewarnaan dengan cirikhas Bali untuk Pintu ukir.
Copyrights © 2023