This article builds a contextual eco-theology based on the Toraja’s local wisdom of tallu lolona and Norman Wirzba's eco-theology to respond to the environmental crisis, especially in Toraja. Tallu lolona is the philosophy of the Toraja people which shows the relationship between humans, animals, and plants as fellow creatures. The relations between creations should form a harmony because no creature should be dominant than others. Meanwhile, Norman Wirzba emphasized that God is the creator and humans should not dominate other creations; they are responsible for protecting and caring for them. Through descriptive methods with the theology of creation, the research shows that the philosophy of tallu lolona combined with the emphasis on God is the creator and humans are only part of creation, strengthen the contextual eco-theology especially for the Toraja people. Humans must no longer abuse other creation purposes for their interests but must respect and care for them. Artikel ini membangun ekoteologi kontekstual berdasarkan falsafah Tallu Lolona dan ekoteologi Norman Wirzba untuk menjawab krisis lingkungan hidup khususnya di Toraja. Tallu Lolona merupakan falsafah masyarakat Toraja yang memperlihatkan hubungan manusia, binatang dan tumbuhan sebagai sesama ciptaan. Relasi antar ciptaan membentuk kerukunan dan harmoni karena tidak ada yang lebih dominan. Sementara Norman Wirzba memberi penekanan bahwa Tuhan adalah pencipta dan manusia tidak boleh mendominasi ciptaan lain, bahkan bertanggung jawab untuk menjaga dan merawatnya. Melalui metode deskriptif dan pendekatan teologi penciptaan, penelitian menunjukkan bahwa falsafah Tallu Lolona yang dikombinasikan dengan penekanan bahwa Tuhan adalah pencipta dan manusia hanya bagian dari ciptaan, membuat bangunan ekoteologi kontekstual khususnya bagi masyarakat Toraja menjadi kuat. Manusia tidak boleh lagi menyalahgunakan tujuan ciptaan lainnya untuk kepentingan dirinya, namun harus menghargai bahkan merawatnya.
Copyrights © 2023