Telah dilakukan sebuah penelitian observasi, purposif dan deskriptif terhadap dokter praktik jamusecara komplementer-alternatif dengan menggunakan jamu di 9 dari 12 provinsi wilayah SentraPengembangan, Penerapan dan Pengobatan Tradisional (SP3T) di Indonesia selama 6 bulan penelitian.Didapatkan 63 pasien artritis yang yang masuk ke dalam penelitian, menerima terapi konvensionaldan tradisional. Seluruh pasien berusia â¥16 tahun, dengan persentase terbanyak pada usia 51-70tahun (50,8%). Ditemukan 37% pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya, dan 7%riwayat rematoid arthritis. Sebanyak 47% pasien dengan hipertensi pada keluarga dan 16% pasiendengan rematoid arthritis pada keluarganya. Terapi konvensional terbanyak yang digunakan dalamterapi pasien arthritis yaitu golongan NSAID (43%), disusul suplemen (22%), fiioterapi (12%), antipirai(10%), kortikosteroid (4%), lain-lain (4%), dan analgetik narkotik (3%). Komponen jamu yang seringdigunakan yaitu jamu osteoarthritis Tawangmangu (37,5%), sambiloto (11,3%), temulawak (11,2%),jahe (8,1%), habbatussauda/jinten hitam (8,1%), dan murat (4,8%). Adapun keterampilan dengan alatyang digunakan yaitu akupunktur (47%), akupresur (13%), stimulasi listrik (7%), akupunktur & stimulasilistrik (7%). Perubahan pasca terapi yang terjadi adalah perbaikan, berupa hilangnya gejala penyakit.Gejala klinis yang paling banyak menghilang saat follow up yaitu gejala sistem neurologis (33%), sistemmuskuloskeletal (31%), dan tak kalah pentingnya yaitu gejala umum (23%), karena 3 dari 4 gejala umum(tidak nafsu makan, letih, dan penurunan berat badan) merupakan gejala yang paling sering ditemuipada penderita rematoid artritis. Meskipun demikian perbaikan gejala klinis ini belum bisa dipastikansemata-mata karena efek terapi jamu saja, karena selain jamu digunakan pula terapi konvensionallainnya. Ditemukan pula peningkatan Quality of Life (QoL) derajat âbaikâ sebelum terapi (36%) danmenjadi 79% pada masa sesudah terapi.
Copyrights © 2015