Wanita penjaja seks (WPS) memiliki risiko tinggi terkena infeksi menular seksual (IMS) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Estimasi jumlah WPS di berbagai negara di Asia bervariasi. Tingkat prevalensi HIV yang tinggi diketahui terjadi di kalangan WPS di berbagai wilayah, termasuk beberapa negara di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin, dan Asia. Prevalensi IMS yang tinggi pada WPS juga menjadi faktor risiko penularan HIV. Bukti menunjukkan bahwa pengendalian IMS dapat mengurangi penularan HIV. Studi ini melaporkan satu kasus WPS dengan HIV positif dan infeksi menular seksual multipel, untuk meningkatkan pemahaman tentang perilaku berisiko, hubungan IMS-HIV, dan pencegahannya. Pada kasus ini, seorang wanita pekerja seks (WPS) dengan risiko tinggi tertular infeksi menular seksual (IMS) dan HIV. Wanita tersebut bekerja sebagai pekerja seks langsung di rumah bordil di Bali. Saat berhubungan seksual pasien tidak selalu mengenakan kondom. Pasien sudah bekerja sebagai WPS selama 1 tahun. Penderita mengaku sulit keluar dari pekerjaan tersebut karena ia tidak memiliki keterampilan lain untuk bekerja. Prognosis pada pasien ini dubius ad malam, karena Riwayat risiko tinggi berupa pasangan seksual multiple, tidak selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual, sulit untuk alih profesi dan daya tahan tubuh yang rendah akibat infeksi HIV. Di Indonesia, prostitusi ilegal dan dianggap fenomena negatif. WPS menghadapi kendala seperti stigma, diskriminasi, dan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan. Penting untuk memberikan intervensi yang meliputi penggunaan kondom yang konsisten, skrining IMS rutin, tes HIV, dan pemberdayaan WPS. Intervensi struktural juga diperlukan, termasuk kerjasama dengan mucikari, kebijakan kondom wajib, dan program pemberdayaan sosial.
Copyrights © 2021