Sapa: Jurnal Kateketik dan Pastoral
Vol 1 No 1 (2016)

MENYEMBAH YAHWEH BERHALA GAYA BARU?

Paskalis Edwin Nyoman Paska (Unknown)
Yohanes Sukendar (Unknown)



Article Info

Publish Date
01 May 2016

Abstract

YHWH, nama kudus untuk Yang Ilahi, pada awalnya diucapkan oleh orang Yahudi, meski belum bisa dipastikan bagaimana mereka mengucapkannya. Namun, dalam perkembangannya, nama itu tidak diucapkan demi penghormatan kepada Yang Ilahi. Ketika bertemu dengan nama ini, orang Yahudi melafalkannya dengan Adonai (Tuanku), atau Hasyem (Nama itu). Cara melafalkan ini mempengaruhi cara menerjemahkan Kitab Suci. Pada umumnya, untuk menghindari penyebutan nama YHWH penerjemahan mengikuti gaya Yahudi, yakni dengan mengikuti lafalnya. Inggris, misalnya, dengan The Lord, atau Italia dengan Il Signore. Dalam bahasa Indonesia kata itu dilafalkan dengan TUHAN. Sekelompok orang di Indonesia salah memahami makna pelafalan itu, sehingga mereka menuduh TUHAN itu menerjemahkan kata YHWH yang tidak bisa diterjemahkan. Mereka menekankan kata YHWH harus diterjemahkan dengan Yahweh, padahal nama itu tidak biasa diucapkan, bahkan oleh orang Israel sendiri. Pernyataan bahwa memakai kata TUHAN adalah sesat dan orang hanya boleh memakai terjemahan Yahweh merupakan sebuah bentuk berhala, karena mempunyai ciri-ciri berhala, yakni membuat Allah lain dengan menyempitkan Allah hanya pada konsepnya sendiri.

Copyrights © 2016






Journal Info

Abbrev

sapa

Publisher

Subject

Religion Education

Description

SAPA merupakan jurnal yang dikelola oleh STP-IPI Malang. Nama SAPA, bukan sebuah nama kebetulan dan juga bukan singkatan. Melainkan memiliki makna yang amat mendalam. Sapa tidak hanya sekedar menyapa para pembaca melainkan mengajak para pembaca untuk semakin mendalami karya pastoral dan katekese, ...