Abstrak Dalam kurun waktu 2006 – 2013 terjadi 13 aksi teror lone-wolf di Indonesia. Tercatat 7 dari 13 kasus menunjukkan pelaku aksi teror lone wolf terpapar paham radikal melalui konten di media sosial. Tidak dapat dipungkiri media sosial sangat efektif sebagai sarana propaganda karena sifatnya yang fleksibel, dapat diakses di mana saja dan kapan saja, dan dengan biaya yang relatif murah. Pengguna media sosial yang tidak memiliki kapasitas untuk menyaring informasi dan tidak memiliki kemampuan berpikir kritis akan mudah terpengaruh oleh konten yang ada. Peluang tersebut yang dimanfaatkan oleh kelompok transnasional dengan paham radikal untuk beralih menggunakan media sosial sebagai sarana propaganda. Berbagai aksi teror lone wolf di Indonesia membuktikan bahwa konten radikal yang tersebar di sosial media bisa mendorong seseorang melakukan aksi teror. Aksi tersebut direncanakan dan dilakukan sendiri hanya dengan inspirasi dan panduan yang tersedia di internet. Pelaku tunggal tersebut, atau yang dikenal dengan lone-wolf, melakukan serangan teror tanpa koordinasi atau afiliasi dengan pihak lain. Fenomena penyebaran konten radikal di media sosial sehingga memicu aksi teror lone wolf ini sangat berbahaya sehingga perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk mengetahui akar permasalahan dan upaya pencegahannya. Penelitian ini akan mengkaji fenomena aksi teror lone wolf yang dipicu oleh paparan paham radikal yang tersebar di sosial media. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori radikalisasi, media sosial, teror lone-wolf, broadcasting intent, deteksi dini, dan kontra narasi radikal. Akhir dari penelitian ini adalah usulan strategi pencegahan penyebaran konten paham radikal di media sosial yang melibatkan kerjasama antara state actor dengan non-state actor. Abstract Indonesia recorded 13 lone-wolf-related terrorist attacks from 2006 to 2013, of which 7 showed that the perpetrators were exposed to radical ideas through content on social media. One of the most effective means of propaganda is through social media because it is easily accessible by anyone, irrespective of the place and time, and at a relatively low price. Generally, without the capacity to filter information and critical thinking, users are easily influenced by content posted on social media platforms, causing the transnational groups with a radical understanding utilize it as a means of propaganda. Several lone wolf terror acts in Indonesia have proven that radical content spread on social media can inspire and guide someone to plan and carry out terror acts without coordination or affiliation with any other party. Therefore, this study aims to examine the phenomenon of the lone wolf terror acts triggered by exposure to radical ideas spread on social media and determine the cause and prevention. The analysis was conducted using social media theory, lone wolf terror acts, broadcasting intent, early detection, and counter radical narratives. The result proposed a strategy to prevent the spread of radical content on social media with collaboration between state and non-state actors.
Copyrights © 2023