Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia pada awal tahun 2020 dan terjadi secara masif menimbulkan permasalahan terbatasnya ketersediaan peralatan dan peralatan diagnostik seperti test PCR maupun Non-PCR, Alat Pelindung Diri (APD), ventilator maupun alat kesehatan lainnya. Sebagai bentuk tanggungjawab dan kontribusi dari komunitas ilmu pengetahuan dan teknologi, Kepala BPPT berinisiatif membentuk sebuah tim Task Force yang dinamai Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk COVID-19 (TFRIC-19) yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan model pentahelix dan melibatkan para peneliti dan perekayasa dari berbagai institusi, perguruan tinggi, industri dan komunitas serta melibatkan media . Misi utama dibentuknya TFRIC-19 ini adalah mengembangkan sebuah model solutif untuk mengatasi pandemi covid-19 dengan mengedepankan konsep Ekosistem Inovasi berbasis Teknologi yang dapat menghasilkan inovasi teknologi sampai pada proses produksi dan pemanfaatannya untuk mengatasi Covid-19. Task Force beranggotakan 11 institusi litbang pemerintah, 18 perguruan tinggi, 4 kalangan industri, 6 startup, 3 rumah sakit, dan 15 komunitas serta melibatkan media.Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan Task Force Riset dan Inovasi untuk Penanganan Covid-19 (TRFIC-19) dalam mengimpementasikan konsep Kolaborasi dalam Model Pentahelix tersebut. Dengan pendekatan metodologi kualitatif deskriptif, manfaat penelitian ini adalah memberikan gambaran factor factor yang mendukung keberhasilan kolaborasi model Pentahelix dalam penanganan Pandemi Covid-19 tersebut.
Copyrights © 2022