Ketidakseimbangan hormonal pada fase luteal dalam siklus menstruasi menyebabkan timbulnya premenstruasi sindrom atau perubahan tanda dan gejala secara fisik, psikologis, dan perilaku. Dampak psikologis pada wanita prementruasi sindrom yaitu stress. Stress pada wanita premenstruasi sindrom dapat menyebabkan timbulnya masalah tidur, sehingga mempengaruhi kualitas tidur pada saat menjelang menstruasi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada kejadian premenstruasi sindrom mahasiswi Universitas Syiah Kuala. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan desain penelitian yang digunakan yaitu pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi aktif Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala dari angkatan 2017 hingga 2020. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dengan jumlah responden yang bersedia sebanyak 501 responden. Penelitian ini menggunakan tiga kuesioner, yaitu Shortened Premenstrual Assesment Form (sPAF) untuk mengukur premenstruasi sindrom, Perceived Stress Scale (PSS) untuk mengukur tingkat stress, dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan media google form. Hasil menunjukkan bahwa 348 (69,5%) responden berada pada kategori tidak ada gejala higga gejala ringan, sedangkan 153 (30,5%) gejala sedang hingga berat premenstruasi sindrom. Terdapat 398 (79,4%) responden menglami tingkat stress sedang dan 345 (68,9%) memiliki kualitas tidur buruk. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur (p = 0,000) pada kejadian premenstruasi sindrom mahasiswi Universitas Syiah Kuala. Diharapkan mahasiswi mampu mengelola tingkat stress pada saat mengalami premenstruasi sindrom, serta meningkatkan kualitas tidur menjelang munculnya menstruasi.
Copyrights © 2021