Pendahuluan: Pelayanan Patologi Anatomi merupakan pelayanan diagnostik dan laboratorium terhadap jaringan dan/atau cairan tubuh, di dalamnya terdapat teknik sitologi dan histologi yaitu fiksasi. Fiksasi selama ini menggunakan bahan formalin yang berbahaya, sehingga fiksatif lain seperti madu akan menjadi alternatif pilihan. Perlu kajian dan penelitian yang mendalam terkait madu sebagai bahan fiksatif sebelum digunakan dalam praktek sehari-hari di Laboratorium. Tujuan: Mengetahui pengaruh fiksatif madu terhadap hasil pewarnaan sediaan, pada konsentrasi 10, 15 dan 20% selama 1, 3 dan 7 hari. Metode: Objek adalah data primer yang didapat dari pengamatan gambaran mikroskopis sediaan jaringan yang dibuat dengan cara fiksasi menggunakan dua macam fiksatif yaitu Normal buffer formalin 10% sebagai control dan madu 10, 15, dan 20% dengan perendaman selama 1 , 3 dan 7 hari. Pewarnaan yang digunakan adalah Hematoksilin-Eosin. Binatang coba yang dipakai adalah tikus jantan dewasa, dan organ yang dikai adalah hepar, intertinal, limpa, ginjal dan testis. Data berupa skor gambaran histologis dianalisis secara diskriptif. Hasil : Organ lambung, Intestinal, Limpa, Ginjal, hepar dan testis menggunakan fiksatif kontrol NBF 10% masing-masing menunjukkan t skor 3. Madu 10% 1 hari skor rata-rata 1,5 ; dengan 15% 1 hari rata-sata skor 1,9: dengan 20% 1 hari rata-sata skor 1,3: dengan 20% 3 hari rata-sata skor 10.6 dan dengan 20% 7 hari rata-sata skor 0,4. Kesimpulan : Penggunaan madu 10, 15, dan 20% sebagai fiksatif dengan perendaman 1 hari, 3 hari dan 7 hari dari gambarab inti sel, sitoplasma dan kerusakan sel rata-rata menghasilkan skor dibawah NBF 10%.
Copyrights © 2024