Abstraksi Nietzsche tidak bicara mengenai persoalan Buruh atau Tenaga Kerja Indonesia. Ia seorang perantau yang bicara tentang figur tuan dan budak. Ia bermigrasi karena kreativitas dan bukan dikendalikan ressentiment atas rasa sakitnya. Ia menyadari keterbatasannya di depan realitas-kaotis namun tidak mendendam dan reaktif terhadapnya. Nietzsche afirmatif untuk semua peristiwa yang ia alami. Amor fati itu membebaskan Nietzsche dari dekadensi dan inferiority complex. Kisah perantauan Nietzsche paralel dengan perantauan para pekerja migran. Kesamaan itu secara arbiterer mendorong adanya komparasi. Dorongan itu dinilai urgen karena para pekerja masih bermigrasi dengan motif dendam pada realitas, serta inferior dengan sebutan Tenaga Kerja Indonesia. Nomenklatur TKI cenderung melecehkan martabat para pekerja karena menonjolkan dikotomi otot dan pemikiran. Dalam dikotomi itu nilai jual para pekerja sebagai komoditas dihubungkan dengan otot. Maka penyiksaan yang kerap dialami para pekerja dianggap sebagai agon dan kontraksi untuk kebugaran otot. Negativitas yang dialami para pekerja perlu dipulihkan. Referensi yang cocok sebagai rujukan pemulihan ialah kisah perantauan Nietzsche. Kata Kunci: Tuan-Budak, ressentiment, afirmatif, kaotis, amor fati, great reason, small reason, realitas.
Copyrights © 2024