Sari Pediatri
Vol 16, No 4 (2014)

Faktor Prognostik Kegagalan Terapi Epilepsi pada Anak dengan Monoterapi

Agung Triono (Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada /RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta)
Elisabeth Siti Herini (Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada /RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta)



Article Info

Publish Date
09 Nov 2016

Abstract

Latar belakang. Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi utama pada anak. Banyak faktor yangmemengaruhi kegagalan monoterapi epilepsi pada anak sehingga akan berdampak pada keberhasilan terapiepilepsi secara keseluruhan.Tujuan. Mengetahui faktor prognostik yang dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan monoterapiepilepsi pada anakMetode. Penelitian kasus-kontrol pada pasien epilepsi usia 6 bulan sampai dengan 18 tahun yang berobatke Poli Anak RSUP Dr. Sardjito tahun 2009. Kasus adalah pasien epilepsi yang gagal dengan monoterapidan kontrol adalah pasien epilepsi yang berhasil dengan monoterapi.Hasil. Didapat 120 pasien dengan 60 pasien kelompok kontrol dan 60 kelompok kasus. Dilakukan analisisunivariat pada masing-masing faktor prognostik. Berdasarkan analisis univariat didapatkan beberapa faktorprognostik kegagalan monoterapi, yaitu terapi epilepsi yang tidak segera, frekuensi serangan kejang sebelumterapi, status epileptikus, adanya defisit neurologis, dan adanya kelainan neurologi penyerta. Setelah dianalisissecara multivariat, faktor frekuensi serangan kejang sebelum terapi >10 kali (OR 14,196, IK95%:3,576-56,348; p<0,01) dan adanya kelainan neurologi penyerta (OR 18,977, IK95%:3,159-113,994; p<0,01 )merupakan faktor prognostik kegagalan monoterapiKesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak epilepsi dengan serangan kejang lebih darisepuluh kali sebelum terapi dan adanya kelainan neurologi penyerta merupakan faktor prognostik kegagalanmonoterapi.

Copyrights © 2014