Abstrak: Pada era reformasi, kemajemukan masyarakat cenderung menjadi beban daripada modal bangsa Indonesia. Hal itu terbukti dengan munculnya berbagai persoalan yang sumbernya berbau kemajemukan, terutama bidang agama. Dalam perspektif keagamaan, semua kelompok agama belum yakin bahwa nilai dasar setiap agama adalah toleransi.Akibatnya yang muncul intoleransi dan konflik. Padahal agama bisa menjadi energi positif untuk   membangun nilai toleransi guna mewujudkan negara yang adil dan sejahtera. Seharusnya pada era reformasi ini, kita menjunjung tinggi demokrasi dan toleransi. Demokrasi tanpa toleransi akan melahirkan tatanan politik yang otoritarianistik, sedangkan toleransi tanpa demokrasi akan melahirkan pseudo- toleransi, yaitu toleransi yang rentan konflik-konflik komunal.Oleh sebab itu, demokrasi dan toleransi harus saling terkait, baik dalam komunitas masyarakat politik maupun masyarakat sipil. Disamping itu nilai dasar setiap agama adalah toleransi, terutama agama Islam tidak kurang dari 300 ayat menyebut mutiara toleransi secara eksplisit. Sehubungan dengan kedua hal tersebut, dipandang penting adanya toleransi dalam kehidupan masyarakat plural yang demokratis.Permasalahannya sekarang bahwa toleransi dalam kehidupan bersama semakin  lemah, dan anti toleransi serta anti pluralisme semakin menguat. Untuk itu toleransi perlu  dikembangkan dalam masyarakat plural Kata-kata Kunci : Toleransi, masyarakat plural
Copyrights © 2009