Jurnal Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, Akuntabel)
Vol 1, No 2 (2015)

BUDAYA MALU DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

Wawan Wahyuddin (Unknown)



Article Info

Publish Date
13 Feb 2017

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorangguru, (2) mendekripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang siswa, (3) mendeskripsikansifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang abdi negara, (4) mendeskripsikansifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang karyawan, dan (5) mendeskripsikan sifat maluyang harus dibudayakan oleh seorang pemimpin. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1)Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang guru? (2) Bagaimana sifat malu yangharus dibudayakan oleh seorang siswa? (3) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan olehseorang abdi negara? (4) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang karyawan?(5) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang pemimpin? Penelitian ini menggunakanmetode kajian pustaka. Kajian pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satubagian penting dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Cooper (dalam Creswell)mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan, yakni menginformasikan kepadapembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalampenelitian-penelitian sebelumnya. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Bangsa ini sudah semestinyabelajar membudayakan sifat malu. Dengan memiliki rasa malu ini, setiap individu baik rakyatmaupun wakil rakyat; politisi maupun pejabat publik, akan mampu mengendalikan diri, mengatur,sekaligus menjaga lisan dan perilakunya, agar tetap terhormat. Seorang politisi atau wakil rakyatmisalnya, akan malu jika perilakunya tak mencerminkan, bahkan menciderai kehendak rakyat yangdiwakilinya. Begitu pula dengan pejabat publik, akan merasa malu jika dengan jabatannya itu justrumenipu rakyat. (2) Tipisnya rasa malu itulah yang kini terasa sangat mengganggu perjalananbangsa ini. Budaya malu yang sedemikian tipis, bahkan bisa dikatakan sama sekali tak ada itu,telah mendorong para elit politisi negeri ini berlaku tidak pantas: ingin menang sendiri dan tak surutsedikit pun, sekalipun langkah mereka keliru, dan bahkan mengkhianati aspirasi publik. (3) Semestinyakita merasa malu jika gagal mengemban amanah. Belajar memiliki rasa malu itu, sesungguhnyaamat penting bagi kita untuk memelihara negeri ini. Para pejabat publik, wakil rakyat, juga elit politisikita, sudah saatnya untuk memulai belajar, dan membudayakan rasa malu itu. Agar mereka terhindardari perangkap kepentingan-kepentingan pragmatis yang memalukan itu. Mereka mesti memuliakannya,untuk kemudian menjadi lentera bagi publik. Budaya malu ini wajib tumbuh dalam dunia politik,pemerintahan, dan kehidupan dalam berbangsa. Selama kita tidak menumbuhkan rasa malu, selamaitu pula kita akan gagal menciptakan keadaan yang lebih baik bagi bangsa ini. Bagi politisi dan pejabatpublik, memiliki rasa malu itu sangat penting untuk kembali menumbuhkan kepercayaan publik.Dengan menjaga rasa malu itu pulalah, kita akan menjadi bangsa yang bermartabat.Kata Kunci: Budaya Malu, Nilai-nilai Pendidikan Budaya, dan Karakter Bangsa.

Copyrights © 2015