Puisi lisan Sa Ngaza adalah salah satu bentuk tradisi lisan Ngadha di Flores yang menjelaskankekuasaan dan kebenaran asal-usul subetnis. Menurut konsep Horace, sastra memiliki fungsi dulce et utile atau indah dan berguna. Tujuan tulisan ini untuk menjelaskan bahwa pada era postmodern,yang indah dan berguna saja tidak cukup. Puisi lisan perlu dikaji demi keberlangsungan tradisi,keberakaran, dan pembentukan karakter. Teori yang digunakan dalam kajian ini adalah teori kekuasaan dan kebenaran menurut Foucault. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. Foucault mengemukakan tentang parrhesia (berbicara tentang kebenaran) dan parrhesiasist(orang yang berbicara tentang kebenaran). Sa Ngaza berbicara tentang sejarah asal-usul dan identitas kelompok. Sa Ngaza disampaikan oleh Mori Sa Ngaza (pewarta Sa Ngaza) sebagai parrhesiasist. Kajianini menjelaskan bahwa wacana kekuasaan dan kebenaran dalam puisi lisan sebagai parrhesia danparrhesiasist memerlukan sejumlah modal. Modal dapat mendukung Sa Ngaza agar memiliki pengaruh dan dominasi demi keberlanjutan tradisi dalam era postmodern. Hubungan antara parrhesia dan parresiasist tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan, kekuasaan, dan kebenaran asal-usul sub-etnis pemilik Sa Ngaza
Copyrights © 2017