Globalisasi merupakan satu fenomena yang mempunyai tiga citra (image), yakni citra pembaratan-modenisasi, citra hegemoni dan dominasi, citra integrasi pasar global. Globalisasi menjadi lekat dengan persepsi akan dominasi dan penaklukan Barat terhadap bangsa-bangsa lain, suatu dominasi dan penaklukan terhadap âdesa globalâ. Pakar ekonomi dan filsafat STF Driyarkara B Herry Priyono mencatat bahwa selama ini kita memamah biak mitos bahwa dalam globalisme, AS dan Inggris merupakan teladan perdagangan bebas, sedangkan negara-negara seperti Jerman, Perancis, dan Jepang adalah sarang ekonomi intervensi-negara.Fakta bahwa terorisme, baik dari Islam maupun komunis, sekarang menjadikan Amerika Serikat sebagai musuh utama adalah sesuatu yang tidak berdiri sendiri, lalu serta merta disimpulkan bahwa memang ada kebencian esensial dari para teroris kepada AS. Fakta yang lain harus diungkap untuk mendukung analisa Terorisme itu sendiri. Fakta itu bisa berupa doktrin maupun asal usul sosial, politik dan ekonominya.Globalisasi kapitalisme terus bertabrakan dengan kebangkitan Islam dan nasionalisme di Dunia Ketiga (negara-negara berkembang), termasuk tentu saja, Indonesia. Robert Hefner dari Boston University, AS berkali-kali mengartikulasikan dalam pemikirannya bahwa negara-negara berkembang membutuhkan bantuan ekonomi dan pendidikan dari AS/Barat untuk mengatasi kemiskinan dan keterbelakangan, serta membangun saling pengertian internasional, yang pada gilirannya akan mengurangi jurang kaya-miskin di tingkat global dan mengikis ketegangan internasional yang bisa menciptakan iklim bagi kekerasan, terorisme dan fundamentalisme agama-agama.Globalisasi yang sekarang tidak bisa dibandingkan dengan yang masa lampau. Tiga faktor yang membedakan: velocity, intensity, dan extensity, kecepatan-kesertamertaan, intensitas dan ekstensitas. Lawatan Presiden AS George W. Bush ke Indonesia November 2006 tidak terlepas dari kepentingan strategis Amerika di kancah global dalam upaya memerang terorisme. Dewasa ini, di Asia Tenggara, Indonesia merupakan elemen penting dalam perang AS dengan terorisme global, termasuk perang terhadap Al Qaidah, Jamaah Islamiyah, dan jaringannya. Indonesia adalah anchor of stability (jangkar stabilitas) di Asia Tenggara. Masyarakat Indonesia dengan tradisi agama dan pluralisme serta memiliki toleransi, juga berperan sebagai counter balance dalam menghadapi peningkatan radikalisme agama dan terorisme yang dapat membahayakan sendi-sendi demokrasi dan stabilisasi di Asia Tenggara. Kata Kunci: Amerika Serikat, Globalisme, Terorisme
Copyrights © 2011