Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu komponen gas rumah kaca yang berkontribusi dalam pemanasan global. Sebanyak 40 Tera ton karbon dioksida tersimpan di laut yang berperan penting dalam siklus karbon. Laut menyerap CO2 melalui fotosintesis oleh komunitas plankton dan vegetasi pesisir (lamun dan bakau). Proses ini digunakan sebagai salah satu konsep dalam mengurangi efek gas rumah kaca. Pulau Bintan memiliki area padang lamun yang cukup luas. Potensi padang lamun, terutama dalam penyerapan karbon dioksida dapat ditentukan dengan menghitung cadangan karbon. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016 di pesisir pulau Bintan (Teluk Bakau dan Pengudang). Spesies lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii secara khusus menjadi target penelitian karena merupakan spesies dominan di perairan pesisir Pulau Bintan. Penentuan potensi cadangan karbon dilakukan dengan melihat estimasi cadangan karbon di dalam sedimen dan di habitus lamun, yaitu bagian di atas substrat (AS) yang terdiri dari daun dan pelepah daun, dan bagian di bawah substrat (BS) yang terdiri dari akar dan rhizoma. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan cadangan karbon bagian AS dengan BS, serta antara kedua spesies tersebut. Hasil penelitian menunjukkan nilai cadangan karbon di Stasiun Pengudang (68.398,47 g C/m2) lebih tinggi dibandingkan Stasiun Teluk Bakau (57.763,47 g C/m2).Nilai estimasi cadangan karbon Enhalus acoroides secara umum lebih tinggi daripada Thalassia hemprichii baik di Stasiun Teluk Bakau maupun di Stasiun Pengudang. Sebaliknya, sedimen di Pengudang memiliki nilai cadangan karbon yang lebih tinggi dibandingkan di Teluk Bakau
Copyrights © 2017