Claim Missing Document
Check
Articles

Cadangan Karbon di Area Padang Lamun Pesisir Pulau Bintan, Kepulauan Riau Indriani, .; Wahyudi, Aan J.; Yona, Defri
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol 2, No 3 (2017)
Publisher : Oseanologi dan Limnologi di Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu komponen gas rumah kaca yang berkontribusi dalam pemanasan global. Sebanyak 40 Tera ton karbon dioksida tersimpan di laut yang berperan penting dalam siklus karbon. Laut menyerap CO2 melalui fotosintesis oleh komunitas plankton dan vegetasi pesisir (lamun dan bakau). Proses ini digunakan sebagai salah satu konsep dalam mengurangi efek gas rumah kaca. Pulau Bintan memiliki area padang lamun yang cukup luas. Potensi padang lamun, terutama dalam penyerapan karbon dioksida dapat ditentukan dengan  menghitung cadangan karbon. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016 di pesisir pulau Bintan (Teluk Bakau dan Pengudang). Spesies lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii secara khusus menjadi target penelitian karena merupakan spesies dominan di perairan pesisir Pulau Bintan. Penentuan potensi cadangan karbon dilakukan dengan melihat estimasi cadangan karbon di dalam sedimen dan di habitus lamun, yaitu bagian di atas substrat (AS) yang terdiri dari daun dan pelepah daun, dan bagian di bawah substrat (BS) yang terdiri dari akar dan rhizoma. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan cadangan karbon bagian AS dengan BS, serta antara kedua spesies tersebut. Hasil penelitian menunjukkan nilai cadangan karbon di Stasiun Pengudang (68.398,47 g C/m2) lebih tinggi dibandingkan Stasiun Teluk Bakau (57.763,47 g C/m2).Nilai estimasi cadangan karbon Enhalus acoroides secara umum lebih tinggi daripada Thalassia hemprichii baik di Stasiun Teluk Bakau maupun di Stasiun Pengudang. Sebaliknya, sedimen di Pengudang memiliki nilai cadangan karbon yang lebih tinggi dibandingkan di Teluk Bakau
Lead (Pb) Accumulation in Water, Sediment and Mussels (Hiatula chinensis) from Pasir Panjang Coast, Lekok-Pasuruan Yona, Defri; Andira, Andira; Sari, Syarifah Hikmah Julinda
Research Journal of Life Science Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.871 KB) | DOI: 10.21776/ub.rjls.2016.003.01.7

Abstract

This study attempted to evaluate Pb accumulation in the water, sediment and mussels (Hiatula chinensis) from Lekok-Pasuruan. There were four sampling stations representing the study area: (1) urban areas, (2) water flow area from steam power plant (PLTU), (3) waste disposal area of PLTU, (4) fishing port. The average concentration of lead varied between stations in the water (0.279 ppm), sediment (0.423 ppm) and mussels (0.427 ppm). Pearson`s correlation test shows strong relationship (p > 0.05) between Pb in the water, sediment and Hiatula chinensis. Mussels accumulation of lead from the sediment was assessed using bio-concentration factor (BCF) and the result shows Hiatula chinensis is an accumulator of Pb (BCF > 1).
Seasonal variation of phycoerythrin chromophores of Synechococcus spp. in the East Sea/Japan Sea Yona, Defri; Park, Mi Ok
Indonesian Journal of Natural Pigments Vol 1 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33479/ijnp.2019.01.1.6

Abstract

The very small size of Synechococcus spp. as one important contributor of ocean primary productivity can be identified using its phycoerythrin pigment chromophores, phycourobilin (PUB) and phycoerythrobilin (PEB). Seasonal variation of the excitation (EX) ratio of PUB and PEB in the surface water of East Sea/Japan Sea was observed. This study aimed to describe the effects of environmental factors during different season to the excitation ratio of PUB and PEB contained Synechococcus spp. Summer and winter showed slightly similar distributional pattern with PUBEX:PEBEX ratio > 1, while PUBEX:PEBEX ratio < 1 could be found in autumn and spring. The results of this study showed seasonal patterns of phycoerythrin pigment from Synechococcus were highly related with variability of environmental factors. High light intensity during summer and high salinity during winter were the reasons of high PUB:PEB ratio of Synechococcus spp. Moreover, high PUB type of Synechococcus spp. was also dominated the offshore study areas as the result of higher water clarity compared to the one in the coastal areas.
Density and Biomass of Seagrass Beds and Its Threats on Lamongan Regency Dewi, Citra Satrya Utama; Yona, Defri; Samuel, Pratama Diffi; Maulidiyah, Rizqi Aimmatul; Syahrir, Ahdiya; Putri, Yandini Eka; Rakhmawan, Hilal; Fikri, Maulana
Research Journal of Life Science Vol 7, No 3 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rjls.2020.007.03.9

Abstract

This study aims to determine the density of seagrass species, seagrass biomass, and threats faced by seagrass communities in the Coastal District of Lamongan. The study was conducted in August to November 2019 in three coastal villages of Lamongan Regency, namely Tunggul Village (Station 1), Kranji (Station 2), and Banjarwati (Station 3). The stages of the study consisted of: preparation, data collection on density, threat data and seagrass stand samples, sample processing, and data analysis. The results showed that the total density of seagrass species at Stations 1, 2 and 3 was 160 stands / m2; 172 stands / m2; and 185 stands / m2. Furthermore, the total biomass of seagrass at Stations 1, 2 and 3 was 4633 gbk / m2, 2136 gbk / m2, and 9234 gbk / m2. In addition to seagrass species, seagrass density values also affect seagrass biomass. As development progresses in Lamongan Regency, it is known that the biggest threat of seagrass communities in the study site is human activity (anthropogenic), among others: anchor ships when anchored and the use of coastal areas as tourist areas, which often cleans up seagrass communities because they are deemed unfit to be enjoyed tourism sector.
KOMPOSISI MIKROPLASTIK PADA ORGAN SARDINELLA LEMURU YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN SENDANGBIRU, MALANG Yona, Defri; Harlyan, Ledhyane Ika; Fuad, M.Arif Zainul; Prananto, Yuniar Ponco; Ningrum, Diana; Evitantri, Mangesti Reza
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 5, No 3 (2021): JFMR VOL 5 NO.3
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2021.005.03.20

Abstract

Mikroplastik sebagai hasil degradasi sampah plastik besar telah mencemari lingkungan perairan. Mikroplastik di perairan ini berpotensi untuk terakumulasi dalam tubuh organisme termasuk ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan mikroplastik pada insang, saluran pencernaan dan daging ikan lemuru (Sardinella lemuru) yang didaratkan di Pelabuhan Sendangbiru, Malang. Pengumpulan sampel ikan dilakukan pada Bulan Maret 2020 dengan membeli  10 ekor ikan hasil tangkapan nelayan dengan kisaran ukuran 11−15 cm. Analisis laboratorium dilakukan mulai dari mengukur panjang (cm) dan berat (g) ikan, melakukan pembedahan masing- masing organ, destruksi bahan organik dan identifikasi mikroplastik menggunakan mikroskop. Destruksi bahan organik dilakukan dengan merendam sampel organ yang sebelumnya telah ditimbang berat basahnya menggunakan larutan H2O2 30 % dan Fe(II) 0.05 M. Sampel diinkubasi selama 24 jam hingga sampel beserta bahan organik hancur. Tiga jenis mikroplastik ditemukan di seluruh sampel organ ikan dengan dominansi jenis fiber (54 %), diikuti oleh fragmen (43 %) dan film (3 %). Keberadaan mikroplastik pada ikan dapat dikaitkan dengan keberadaan mikroplastik di perairan. Komposisi jenis mikroplastik  berbeda  untuk  setiap  organ.  Fragmen  ditemukan  paling  banyak  pada insang, sedangkan pada saluran pencernaan dan daging didominasi oleh jenis fiber. Film ditemukan dengan jumlah yang paling sedikit pada ketiga organ. Keberadaan mikroplastik pada insang dan saluran pencernaan berkaitan dengan interaksi langsung ikan dengan lingkungan melalui pernapasan dan proses makan, sedangkan mikroplastik pada daging karena adanya proses translokasi atau perpindahan antar organ
ALAT PENJEBAK SAMPAH PADA EKOWISATA DAN KONSERVASI MANGROVE CENTER, KABUPATEN GRESIK Yona, Defri; Sari, Syarifah Hikmah Julinda; Sartimbul, Aida; Yulianto, Eko Sulkhani
Jurnal Puruhita Vol 1 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/puruhita.v1i1.28320

Abstract

Hutan mangrove di Desa Banyuurip sangat rawan mendapatkan sampah kiriman dari muara Sungai Bengawan Solo pada musim-musim tertentu. Sampah-sampah ini masuk ke dalam hutan mangrove saat pasang dan terjebak pada akar-akar pohon mangrove dimana saat surut tidak dapat keluar dari ekosistem mangrove. Hal ini dapat mengganggu kebersihan dan kenyamanan hutan yang merupakan salah satu daerah ekowisata di Kabupaten Gresik. Sebuah alat penjebak sampah didesain untuk mengatasi permasalahan ini. Alat penjebak sampah ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pintu yang terbuka karena mengikuti pola pergerakan arus sehingga memudahkan sampah untuk masuk. Selanjutnya bagian tengah yang menyerupai kotak yang terbuat dari kerangka pipa stainless dan dikelilingi oleh jaring dengan mesh size 3 inch dan bagian kantong yang berfungsi untuk menampung sampah yang terjebak. Dua buah pelampung dari pipa PVC dengan diameter 4 inch dan panjang 80 cm diletakan pada dua sisi kanan dan kiri dari kerangka kotak. Alat penjebak sampah ini dirancang untuk menangkap sampah-sampah plastik maupun sampah organik yang mengapung. Untuk memaksimalkan fungsinya, alat ini dapat diletakkan pada lokasi-lokasi yang dianggap sebagai pintu masuknya sampah dari laut pada hutan mangrove.
HEALTH RISK ASSESSMENTS OF HEAVY METALS OF PERNA VIRIDIS FROM BANYUURIP WATERS IN UJUNG PANGKAH, GRESIK Muhammad Fathur Rayyan; Defri Yona; Syarifah Hikmah Julinda Sari
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 3, No 2 (2019): JFMR VOL 3 NO 2
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2019.003.02.2

Abstract

Banyuurip is one of villages in Ujung Pangkah District, Gresik with high aquaculture activities of Perna viridis. Green mussels are highly produced in that area, however Banyuurip waters also has potential risk of heavy metals pollution. Therefore, this research was conducted to understand the concentrations of Fe and Zn in the sediments and in the Green Mussels. The heavy metals concentration will be used to analyze Bio Concentration Factor (BCF) and Human Health Risk Assessments (HHRA). A total about 45 P. viridis populations were collected from 3 sites in Banyuurip waters. In order to obtain a representative sample at each site, 15 populations of Green Mussels with similar shell lengths and bottom sediment were collected. Mussel’s tissue and bottom sediment were analyzed using AAS (AAnalyst700) to determine the concentrations of Fe and Zn. The concentrations of Fe were found almost similar with the concentrations of Zn in P. viridis within the range of Fe = 3.10 – 5.25 mg.kg-1 and Zn = 3.91 - 4.67 mg.kg-1. BCF (o-s) of Fe in P. viridis is lower than the BCF (o-s) of Zn, because the concentrations of Fe in the mussels were less than the concentrations in the sediments. According to the Target Hazard Quotients (THQ) values (THQ < 1), both heavy metals are not likely causing negative health effects for human during lifetime. However, Estimated Daily Intakes (EDI) values are above Provisional Tolerable Daily Intakes (PTDI) standard means it can cause negative effects due to daily consumption (EDI > PTDI).
KELIMPAHAN MIKROPLASTIK PADA PERAIRAN DI BANYUURIP, GRESIK, JAWA TIMUR Wulan Cahya Ayuingtyas; Defri Yona; Syarifah Hikmah Julinda; Feni Iranawati
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 3, No 1 (2019): JFMR VOL 3 NO.1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2019.003.01.5

Abstract

Mikroplastik merupakan bagian terkecil dari plastik yang berukuran 0,3 mm – >5 mm. Mikroplastik yang masuk ke lingkungan akan terakumulasi di perairan dan tidak mudah dihilangkan karena sifatnya yang persisten. Banyaknya kelimpahan mikroplastik sangat dipengaruhi oleh aktivitas dan sumber pencemarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan dan jenis mikroplastik pada perairan di Banyuurip. Pengambilan sampel perairan dilakukan pada 5 lokasi yang memiliki aktivitas berbeda, yaitu tempat pelelangan ikan (TPI), mangrove, tambak, muara sungai, dan laut lepas. Pengambilan sampel perairan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan mengguakan plakton net dengan volume air tersaring sebanyak 15 L pada setiap stasiun. Idetifikasi mikroplastik menggunakan metode NOAA yang dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu penyaringan sampel, pengeringan sampel, pemisahan zat organik dan identifikasi mikroplastik. Perbedaan kelimpahan jenis mikroplastik pada setiap lokasi dianalisis dengan mengukan ANOVA one way. Hasil kelimpahan total yang ditemukan sebesar 57,11 x 10² partikel/m³. Jenis mikroplastik yang ditemukan adalah fragment, fiber, dan film. Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada perairan Banyuurip adalah jenis fragment. Hal ini dikarenakan sumber pencemaran mikroplastik jenis fragment lebih besar, yaitu berasal dari limbah rumah tangga dan kegiatan antropogenik. Kelimpahan jenis mikroplastik paling tinggi ditemukan pada mangrove sebesas 22,89 x 10² partikel/m³. Sementara itu, kelimpahan jenis mikroplastik pada lokasi tambak, muara sungai dan laut terbuka memiliki rentang nilai yang tidak jauh berbeda, yaitu 7,11– 8,89 x 10² partikel/m³. Hal ini diduga karena sampah lebih mudah terperangkap di akar-akar mangrove dan terakumulasi lebih banyak.
VARIASI KOMUNITAS PLANKTON DAN PARAMETER OSEANOGRAFI DI DAERAH PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN MALANG SELATAN, JAWA TIMUR Aida Sartimbul; Defri Yona; Ardelia Annisa Larasati; Syarifah Julinda Saria; Erfan Rohadi
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 1, No 2 (2017): JFMR VOL 1 NO 2
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.399 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2017.001.02.2

Abstract

AbstractPerairan Malang Selatan merupakan daerah yang potensial sebagai daerah penangkapan ikan. Keberadaan berbagai jenis ikan pelagis kecil terutama ikan planktivor secara langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton mempunyai peran penting sebagai dasar rantai makanan dalam ekosistem perairan, sedangkan zooplankton merupakan herbivor pemangsanya. Pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton dipengaruhi oleh faktor oseanografinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi komunitas plankton dan hubungannya dengan parameter oseanografinya, serta distribusi spasial plankton di daerah penangkapan ikan di Perairan Malang Selatan, Jawa Timur. Metode purposive sampling dengan teknik zigzag pada 10 titik sampling digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini. Sedwicgk rafter counting cell digunakan dalam metode penghitungan plankton. Sampel plankton diambil secara horizontal dan vertikal pada kedalaman 1 dan 15 m dengan jaring plankton bermata jaring 20 µm, sedangkan parameter oseanografi secara in situ diukur menggunakan aqua quality sensor tipe AAQ 1183 C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton sebesar 49.764 sel/m3, didominasi oleh genus Chaetoceros. (Bacillariophyceae), dan kelimpahan zooplankton sebesar 894 ind/m3, didominasi oleh genus Nauplius. (Copepoda). Indeks keanekaragaman dan keseragaman fitoplankton dan zooplankton dapat dikategorikan sedang, berturut-turut sebesar 1,77–1,85 dan 1,70–1,77; 0,58–0,59 dan 0,77–0,79, sedangkan indeks dominansinya masuk dalam kategori rendah yaitu berturut-turut 0,27–0,28 dan 0,24–0,27. Analisis Principal Component Analysis (PCA) menunjukkan bahwa parameter oseanografi utama yang paling berpengaruh pada variasi komunitas plankton adalah turbiditas, klorofil-a, oksigen terlarut dan fosfat. Hasil uji T menunjukkan bahwa distribusi spasial kelimpahan fitoplankton dan zooplankton pada kedalaman 1 m dan 15 m berbeda nyata. Studi ini memberikan informasi penting tentang kelimpahan plankton dan faktor oseanografi yang berpengaruh di daerah penangkapan di Perairan Malang Selatan. Kata Kunci: komunitas plankton, parameter oseanografi, fishing ground, Perairan Malang Selatan AbstractThe South Malang water is a potential area as a fishing ground. The existence of various species of small pelagic fishes such as planktivores fishes are directly influenced by the growth of phytoplankton and zooplankton. Phytoplankton has an important role as the basis of the food chain in aquatic ecosystems, whereas zooplankton is its predator. The growth of phytoplankton and zooplankton is influenced by oceanography factors. This study aims to determine the variation of the plankton community and its relationship with oceanographic parameters, as well as the spatial distribution of plankton in the fishing ground at South Malang water. The purposive sampling method with zigzag technique at 10 sampling sites was used in data collection in this research. Sedwicgk rafter counting cells were used in plankton counting methods. The plankton samples were taken horizontally and vertically at depths of 1 and 15 m with a 20 μm planktonnet, while in situ oceanographic parameters were measured using aqua quality sensor AAQ type 1183 C. The results showed that phytoplankton abundance was 49.764 cells / m3, dominated by the genus Chaetoceros (Bacillariophyceae), and zooplankton abundance of 894 ind / m3, dominated by the genus Nauplius (Copepoda). The diversity index and uniformity index of phytoplankton and zooplankton could be categorized as the middle as 1.77-1.85 and 1.70-1.77; 0.58-0.59 and 0.77-0.79, respectively, while the dominance index was included in the low category that was 0.27-0.28 and 0.24-0,27, respectively. Principal Component Analysis (PCA) analysis showed that the most important major oceanographic parameters for plankton community variation were turbidity, chlorophyll-a, dissolved oxygen and phosphate. T test results show that the spatial distribution of phytoplankton abundance and zooplankton at depth of 1 m and 15 m are significantly different. This study provides important information on the plankton abundance and oceanography factors affected at fishing ground of South Malang water. Keywords: Plankton community, oceanography parameters, fishing ground, South Malang Water
POTENTIAL OF Avicennia alba AS AN AGENT OF PHYTOREMEDIATION HEAVY METAL (Pb and Cu) IN WONOREJO, SURABAYA R Rachmawati; Defri Yona; Rarasrum Dyah Kasitowati
Jurnal Kelautan Vol 11, No 1 (2018)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v11i1.3341

Abstract

One of the regions in Surabaya which has accumulated the largest pollution levels was the region of Wonorejo. Wonorejo is an area that is used as a mangrove conservation. But, Pb and Cu are heavy metals that have been detected in high concentration in this region. Avicennia alba has been known to have the ability to absorb heavy metals so that mangrove can be used us phytoremediation agent. The purposes of this research were to analyze the concentration of heavy metals (Pb and Cu) in sediments, roots and leaves of Avicennia alba;  to understand the potential of Avicennia alba as an agent of phytoremediation. The result showed that Cu concentration was higher than Pb concentration in sediment, roots and leaves. The concentrations  of Cu were 4.13 ppm - 36.95 ppm and Pb between 3.28 ppm - 23.79 ppm. Based on bioconcentration factor (BCF) Avicennia alba was categorize as excluder (BCF1)  of both heavy metals, but concentration of translocation factor (TF) of Pb was categorized phytoexstraction (TF1) and Cu was categorized phytostabilization (TF1). The result of the BCF and TF showed that Avicennia alba can absorb heavy metals (Pb and Cu) from the environment, however the mobility of the heavy metals in the mangrove will experience different phytoremediation mechanisms (phytostabilization for Cu; phytoexstraction for Pb).POTENTIAL OF AVICENNIA ALBA AS AN AGENT OF PHYTOREMEDIATION HEAVY METAL (PB AND CU) IN WONOREJO, SURABAYAABSTRACTOne of the regions in Surabaya which has accumulated the largest pollution levels was the region of Wonorejo. Wonorejo is an area that is used as a mangrove conservation. But, Pb and Cu are heavy metals that have been detected in high concentration in this region. Avicennia alba has been known to have the ability to absorb heavy metals so that mangrove can be used us phytoremediation agent. The purposes of this research were to analyze the concentration of heavy metals (Pb and Cu) in sediments, roots and leaves of Avicennia alba; to understand the potential of Avicennia alba as an agent of phytoremediation. The result showed that Cu concentration was higher than Pb concentration in sediment, roots and leaves. The concentrations of Cu were 4.13 ppm - 36.95 ppm and Pb between 3.28 ppm - 23.79 ppm. Based on bioconcentration factor (BCF) Avicennia alba was categorize as excluder (BCF1) of both heavy metals, but concentration of translocation factor (TF) of Pb was categorized phytoexstraction (TF1) and Cu was categorized phytostabilization (TF1). The result of the BCF and TF showed that Avicennia alba can absorb Pb and Cu from the environment, however the mobility of the heavy metals in the mangrove will experience different phytoremediation mechanisms (phytostabilization for Cu; phytoexstraction for Pb).Keywords: Avicennia alba, Phytoremediation, Factor Bioconcentration, Factor Translocation, Heavy Metal (Pb and Cu)
Co-Authors Abdullah Hamid Adrian Sakti Gangsar Pinilih Agung Yunanto Agung Yunanto Agung Yunanto Agung Yunanto Aida Sartimbul Aliviyanti, Dian Andik Isdianto Andira, Andira Anedathama Kretarta Ardelia Annisa Larasati Atsuhiko Isobe Atsuhiko Isobe Bambang Semedi Bernads Daniel Marolop Siagian Billy Arif Mahendra Carina Daisy Samantha Citra Ravena Putri Effendy Citra Satrya Utama Dewi Danu Setia Wardana Dara Sarasita Dara Sarasita David Vernandes Dewi, Citra Satrya Utama Dhira Kurniawan Diana Ningrum Diana Ningrum, Diana Dwi Candra Pratiwi Dwi Candra Pratiwi Dwi Setijawati Dyah Ajeng Pitaloka Eko Sulkhani Yulianto Emmanuel Manangkalangi Erfan Rohadi Evitantri, Mangesti Reza Fadhilah Aisyah di Prikah Fahreza Okta Setyawan Feni Iranawati Fikri, Maulana Fuad, M.Arif Zainul Hartati Kartikaningsih Hikmah Farda Awaliyah I Wayan Eka Dharmawan Iis Nur Rodliyah, M.Ed Indriani, . Irfan Naufal Amar Junika Chintia Ayu Putri Kharisma Wisnu Sesanty Ledhyane Ika Harlyan Ledhyane Ika Harlyan Luky Sembel M Arif As' Adi M. Reza Cordova M.Arif Zainul Fuad Maghfira Shafazamilla Mauludy Mangesti Reza Evitantri Mangesti Reza Evitantri Maulidiyah, Rizqi Aimmatul Mela Dita Maharani Mela Dita Maharani Misba Nur Aini Mochamad Arif Zainul Fuad Mochamad Arif Zainul Fuas Mohammad Arif Asadi Muhammad Arif As’adi Muhammad Arif Rahman Muhammad Ariq Kautsar Muhammad Fathur Rayyan Mulyanto Mulyanto Nurin Hidayati Nurin Hidayati Nurin Hidayati Nurin Hidayati Nurin Hidayati Oktiyas Muzaky Lutfi Park, Mi Ok Philipus Musyeri Priyanka Mondal Putri, Yandini Eka R Rachmawati Rachmawati Rachmawati Rafika Devi Agustin Rakhmawan, Hilal Rarasrum Dyah Kasitowati Rarasrum Dyah Kasitowati Risda Ayu Nabila Rudianto Rudianto Safitri Widya Ningtias Samuel, Pratama Diffi Saputra, Dhira Kurniawan Sisylia Eka Narriyah Putri Siti Nur Khabibah Syahrir, Ahdiya Syarifah Hikmah Julinda Syarifah Hikmah Julinda Sari Syarifah Hikmah Julinda Sari Syarifah Hikmah Julinda Sari Syarifah Hikmah Julinda Sari Syarifah Hikmah Julinda Sari Syarifah Hikmah Julinda Sari Syarifah Hikmah Julinda Sari Syarifah Hikmah Julinda Sari Syarifah Julinda Saria Tsania Humairoh Wahyudi, Aan J. Wulan Cahya Ayuingtyas Yanida Azhari Julianinda Yenny Risjani Yuniar Ponco Prananto Yusril Zaqi Ubaydillah Yusrina Rizqi Amalia Yuyun Elvania Zefanya Nandaningtyas