Tujuan: Mengetahui prevalensi penderita overactive bladder (OAB)
pada pegawai perempuan di Lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta serta mengetahui
sebaran gangguan OAB tersebut menurut beberapa faktor risiko seperti
usia, paritas, cara persalinan, status menopause, obesitas dan riwayat
operasi histerektomi.
Rancangan/rumusan data: Studi observasional deskriptif dengan
rancangan potong lintang.
Bahan dan cara kerja: Penelitian ini dilakukan pada 250 orang
responden yang bekerja di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang memenuhi kriteria,
tanpa batasan usia, yang dipilih secara acak. Lalu diberikan
kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan dan dilakukan pengukuran
tinggi dan berat badan untuk menentukan besarnya nilai indeks
massa tubuh (IMT) responden tersebut. Bagi responden yang
menunjukkan gejala-gejala OAB dilakukan pemeriksaan urinalisa untuk
menyingkirkan adanya infeksi saluran kemih maupun glukosuria. Kemudian
bagi responden yang memiliki hasil urinalisa dalam batas normal
diberikan lembaran daftar harian berkemih untuk membuktikan
adanya pola gangguan OAB. Responden yang terbukti mengalami gangguan
OAB tersebut selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik guna menyingkirkan
adanya kelainan organ.
Hasil: Dari 250 orang responden didapatkan 89 orang (35,6%) yang
mengaku mengalami gangguan berkemih (inkontinensia urin) dan sebanyak
66 orang di antaranya menunjukkan gejala klinis OAB sesuai definisi
yang telah ditetapkan oleh The International Continence Society
(ICS) tahun 2002. Rerata usia subjek penelitian OAB ini adalah 40,8 tahun
dengan usia termuda 20 tahun dan usia tertua responden adalah 65
tahun. Responden terbanyak adalah pada kelompok usia 40 hingga 49
tahun yaitu sebanyak 90 orang (36%). Dari 66 orang responden yang
menunjukkan gejala OAB terdapat 40 orang (60,6%) yang memiliki hasil
urinalisa dalam batas normal, terdapat 21 orang (31,8%) glukosuria,
dan yang terdeteksi adanya infeksi saluran kemih (ISK) pada penelitian
ini ada 5 orang (7,5%). Setelah dikonfirmasi melalui lembaran daftar
harian berkemih pada 40 orang responden yang dicurigai menderita
OAB tersebut yaitu yang mempunyai hasil urinalisa dalam batas normal,
didapatkan 39 responden yang terbukti menderita gangguan OAB serta
tidak ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan fisik. Sehingga ketigapuluhsembilan
orang inilah yang akhirnya didiagnosa sebagai penderita
OAB (15,6) dengan 31 orang di antaranya merupakan tipe campuran,
yaitu selain menderita SIU ia juga menderita OAB secara bersamaan.
Usia rerata subjek penderita OAB yang berjumlah 39 orang
tersebut adalah 44,5 tahun dengan nilai SD 7,5. Pada penelitian ini terlihat
kecenderungan timbulnya gangguan OAB dengan pertambahan
usia, cara persalinan pervaginam khususnya dengan bantuan ekstraksi
vakum, jumlah paritas, status menopause, obesitas serta riwayat operasi
histerektomi.
Kesimpulan: Prevalensi penderita OAB pada pegawai perempuan
yang bekerja di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSUPNCM Jakarta adalah 15,6% (39 orang). Faktor usia, cara persalinan,
paritas, status menopause, obesitas, dan riwayat operasi histerektomi
merupakan faktor-faktor yang cenderung berpengaruh terhadap
timbulnya gangguan OAB.
[Maj Obstet Ginekol Indones 2008; 32-2: 82-92]
Kata kunci: overactive bladder, urge inkontinensia, stres inkontinensia
urin, daftar harian berkemih
Copyrights © 2008