Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan antara pemakaian DSSSorbitol
dengan klisma gliserin untuk persiapan pra-operasi dalam hal
efektivitas, kenyamanan dan keluhan (efek samping) yang ditimbulkan
keduanya.
Rancangan/rumusan data: Uji klinis tersamar tunggal.
Bahan dan cara kerja: Penelitian ini dimulai pada tanggal 1 April
2006 selama 6 bulan, dilakukan pada 180 orang pasien yang akan menjalani
pembedahan elektif di departemen obstetri dan ginekologi RSCM,
dibagi atas 2 kelompok yaitu kelompok yang diberi DSS-Sorbitol (90
orang) dan kelompok yang dilakukan klisma gliserin (90 orang). Pengambilan
sampel dilakukan secara random. Setelah perlakuan, pasien
ditanyakan keluhannya dan dicatat pada kuesioner kemudian selama
operasi berlangsung dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah ada
feses yang keluar di meja operasi.
Hasil: Pada kelompok gliserin didapatkan 3 pasien (3,3%) keluar feses
saat operasi sedangkan pada kelompok DSS-Sorbitol didapatkan 1
pasien (1,1%). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok.
Hampir sebagian besar pasien merasa nyaman dengan pemberian
DSS-Sorbitol (81 orang) hanya 9 orang yang menyatakan tidak nyaman.
Sedangkan pada kelompok gliserin terdapat 30 orang yang merasa tidak
nyaman dan perbedaan ini sangat bermakna {p = 0.000; OR = 4.50 (1.99
- 10.18)}. Terdapat 58 pasien (32,2%) yang mengeluh saat dilakukan
klisma atau pemberian DSS-Sorbitol dengan 9 orang diantaranya mempunyai
keluhan lebih dari satu (8 orang dari kelompok gliserin dan 1
orang dari kelompok DSS-Sorbitol). Dari 58 pasien tersebut, 42 orang
di antaranya diberikan gliserin (46,7%) dan sisanya, 16 orang diberikan
DSS-Sorbitol (17,8%). Keluhan yang paling banyak adalah mulas,
dikeluhkan oleh 40 pasien dari kelompok gliserin dan 10 pasien dari
kelompok DSS-Sorbitol. Keluhan yang lain adalah mual (2 dari kelompok
DSS-Sorbitol, 1 dari kelompok gliserin), pusing (2 dari kelompok
DSS-Sorbitol, 1 dari kelompok gliserin), dan feses tidak keluar (1 dari
kelompok DSS-Sorbitol, 3 dari kelompok gliserin) ditemukan pada
kedua kelompok sedangkan keluhan kembung (3 orang), feses berdarah
(3 orang) dan alat panas (1 orang) hanya ditemukan pada kelompok gliserin.
Sebanyak 114 pasien menyatakan bersedia untuk diulangi persiapan
pra-operasi pembersihan rektum ini, dengan proporsi lebih banyak
yang bersedia dari kelompok DSS-Sorbitol, tetapi perbedaan tersebut tidak
bermakna. Dari perhitungan statistik ternyata kesediaan pasien untuk
diberikan kembali klisma gliserin atau DSS-Sorbitol sangat dipengaruhi
oleh rasa nyaman dan keluhan yang ditimbulkan oleh masingmasing
cara.
Kesimpulan: Pemakaian klisma gliserin sama efektifnya dengan
pemberian DSS-Sorbitol, namun pemberian DSS-Sorbitol lebih nyaman
dan menimbulkan keluhan yang lebih sedikit.
[Maj Obstet Ginekol Indones 2008; 32-1: 55-62]
Kata kunci: DSS-Sorbitol, gliserin, persiapan pra-operasi
Copyrights © 2008