Kehadiran media jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan juga aplikasi
percakapan seperti WhatsApp telah mengubah secara signifikan pola-pola interaksi
dan komunikasi individu. Sifatnya yang interaktif dan partisipatif telah
memungkinkan komunikasi berlangsung secara lebih mendalam dan luas. Melalui
media jejaring sosial media, seorang individu bisa menjadi penerima dan pemroduksi
pesan dalam waktu yang hampir bersamaan. Sifat jangkauan media baru sangat luas,
bahkan jauh lebih luas dibandingkan dengan media massa. Dampak yang
ditimbulkannya juga demikian. Dalam situasi semacam ini, persoalan etis menjadi
sangat penting, terutama karena pengguna media sosial semacam facebook
mempunyai kebebasan yang hampir tanpa batas. Tulisan ini akan mengelaborasi
lebih jauh persoalan-persoalan etis dalam komunikasi media baru. Bagaimanakan
persoalan etis dalam komunikasi media baru atau secara lebih spesifik komunikasi
dengan menggunakan media jejaring sosial semacam facebook ataupun twitter?
Kemudian, sejauh mana, individu harus senantiasa menggunakan pertimbangan etis
ketika berkomunikasi dengan menggunakan media baru tersebut? Kajian ini
menemukan bahwa pertimbangan etis harus dilakukan dalam setiap tindakan
komunikasi karena sifat otonomi dan kebebasan media baru serta jejaring sosial
media tersebut. Dalam hal ini, tuntutan etika muncul bukan hanya prasyarat otonomi
dan kebebasan, tapi juga sifat âsosialâ media baru. Tulisan ini menawarkan model
Alvin Day dalam proses pengambilan keputusan, yang mencakup tiga tahap, yakni
definisi situasi, analisis, dan pengambilan keputusan.
Kata Kunci: Etika, Komunikasi, Media Baru, Media Jejaring Sosial
Copyrights © 0000