Jalan Kepang merupakan nama salah satu seni penampilan rakyat di Sawahlunto, Sumatera Barat, yang memiliki kemiripan nama dengan salah satu kesenian di pulau Jawa. Keunikan jalan kepang mendorong sebuah kebutuhan untuk memahami maknanya secara lebih jauh. Melalui pembacaan yang meminjam metode semiotika atas foto-foto penampilan Jalan Kepang, terbukti bahwa kesenian ini memiliki ciri-ciri yang mirip sekaligus berbeda dengan jaran kepang di Pulau Jawa. Fakta itu menghadirkan kebutuhan untuk membaca konteks masyarakat pendukung kesenian ini, yakni masyarakat ‘orang rante’. Hubungan antara teks penampilan dengan konteks sejarah dan budaya ‘orang rante’ menunjukkan bahwa kesenian ini merupakan bentuk mimikri, yang berfungsi sebagai ritual komunitas. Secara keseluruhan, jalan kepang adalah bentuk peristiwa budaya poskolonial, yang memantulkan narasi sejarah dan pengalaman masa kolonial dari masalalu komunitas ‘orang rante’.
Copyrights © 2014