Jurnal Ipteks Terapan
Vol 8, No 4 (2014): JIT

PERTUNJUKAN BIANGGUNG DITINJAU DARI ASPEK MUSIKAL DAN RITUAL DI DESA KUALA TOLAM KECAMATAN PELALAWAN KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU

Nurmalinda, Nurmalinda (Unknown)



Article Info

Publish Date
23 Jul 2015

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pertunjukkan bianggung ditinjau dari aspek musikal dan ritual di Desa Kuala Tolam Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan. Ditinjau dari aspek musikal pertunjukkan bianggung  memiliki beberapa unsur musik di antaranya adalah irama/ritme, tempo, birama, melodi, dan dinamik. Unsur-unsur musik tersebut memiliki fungsi yang berbeda satu sama lainnya dalam pertunjukkannya. Ditinjau dari aspek ritualnya   pertunjukan bianggung ini adalah sebagai media penghubung atau komunikasi pebayu dan si pelaku bianggung dengan dunia gaib,  Dalam hal ini pebayu melakukan komunikasi dan memberikan perintah kepada mambang-mambang/makhluk halus agar masuk ke dalam tubuh si pelaku bianggung. Musik bianggung berfungsi sebagai pengiring/ mengiringi pada saat si pelaku memulai aksinya yang mana si pelaku bianggung sudah tidak lagi berprilakuan seperti manusia normal tetapi berprilakuan seperti mambang yang sudah merasukinya. Di dalam pertunjukkan bianggung ini musik juga memiliki keunikan yang  hal itu terbukti pada saat Gendang bebano dipukul atau dimainkan si pelaku bianggung akan bergerak (membentuk sebuah tarian sederhana) dimana gerakannya mengikuti suara yang dikeluarkan dari gendang bebano tersebut. Ditinjau dari aspek ritual  bianggung adalah suatu pertunjukkan yang sifatnya pemanggilan-pemanggilan mambang-mambang (sejenis mahluk halus/roh-roh) agar masuk kedalam tubuh si pelaku permainan ini. Mambang-mambang  adalah perwujudan dari binatang dan tumbuh-tumbuhan yang menyerupai perempuan yang sangat cantik jelita seolah seperti bidadari yang turun dari kayangan. Setelah mambang-mambang tersebut masuk ke alam bawah sadar si pelaku akan kehilangan kesadarannya dan si pelaku akan berubah dimana kepribadiannya tidak lagi seperti manusia normal melainkan seperti apa mambang yang dipanggil oleh pebayu (pemantra) maka seperti itulah prilaku si pelaku tersebut.Doi: 10.22216/jit.2014.v8i4.11

Copyrights © 2014