Patrawidya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya
Vol. 16 No. 3 (2015)

SAAT ORANG JAWA MEMBERI NAMA; STUDI NAMA DI TAHUN 1950-2000

Moordiati Moordiati (Departemen Ilmu Sejarah FIB Universitas Airlangga)



Article Info

Publish Date
12 Mar 2018

Abstract

Memilih dan memberi nama tidak lagi dianggap sebagai sebuah persoalan besar, pada akhirnya banyak nama yang justru tidak dikenal dan terdengar asing. Padahal pemilihan dan pemberian nama seseorang sebenarnya juga mengandung maksud dan makna tertentu sesuai dengan harapan orang tua. Dengan kata lain bahwa “nama adalah doa”. Ini juga yang menjadi alasan serta tujuan dari artikel ini untuk melihat perubahan makna pada pemberian nama di dalam kebudayaan masyarakat Jawa terutama ketika masa periode awal kemerdekaan (1950) sampai dengan tahun 2000an. Ada perkembangan serta perubahan yang menarik dari sumber sementara yang ada, bahwa nama-nama anak dari etnis Jawa akan semakin panjang dan tidak familiar di dengar (bahkan semakin kompleks dan kehilangan kejawaannya). Inilah yang menjadi pertanyaan besar dari artikel ini mengapa terjadi perubahan dalam pemilihan serta pemberian nama pada anak di dalam kebudayaan masyarakat Jawa Jombang? Kedua, Faktor apa saja yang mempengaruhi alasan terjadinya perubahan pemilihan serta pemberian nama dalam masyarakat Jawa di Jombang?. Tidak sebagaimana model metode sejarah selama ini, maka metode yang dilakukan dalam hal ini adalah melalui pengumpulan sample data siswa dari sekolah dasar dan sekolah menengah salah satu daerah di Jawa Timur, yakni Jombang untuk mendiagnosa dan mengklasifikasikan perubahan yang terjadi dari periode satu ke periode berikutnya, sekaligus juga sebagai bahan perbandingan. Akhirnya bahwa sejarah intelektual orang Jawa dapat disusun meski bersandar pada “sekedar” daftar nama. Ada perubahan besar dalam masyarakat di Jombang terutama mengenai pemilihan dan pemberian nama pada anak mereka. Nama yang dipilih dan diberikan (digunakan) bukan lagi berdasarkan atas doa dan makna dari nama tersebut, namun pemilihan serta pemberian nama lebih didasarkan pada model apa yang berkembang saat itu. Inilah yang menjadi alasan tidak banyak lagi dijumpai nama-nama yang identik dengan kejawaannya.Choosing and naming is no longer regarded as a major problem, in the end many names that actually unknown and foreign sounding. Though the elections and the naming of someone actually have the intent and specific meaning in accordance with the expectations of parents. In other words, that "the name is a prayer". This is also why the reason and the purpose of this article to see the changes of meaning in the naming in the culture of the Java community, especially when the period of the early period of independence (1950) until the 2000s. The developments as well as interesting change from the source while there, that the names of the children of ethnic Java will become longer and unfamiliar at the hearing (even more complex and losing his Javanese). Not as a model for this method of history, through the collection of data sample of students from primary schools and one secondary school in East Java region, namely Jombang to diagnose and classify the changes from one period to the next period, as well as a comparison. Finally that the intellectual history of the Javanese can be arranged even rely on "just" a list of names, although it still requires improvement, both in terms of methodology and preparation needs to get serious attention from historians that the picture of the human past into a more whole and humanist.

Copyrights © 2015






Journal Info

Abbrev

patrawidya

Publisher

Subject

Arts Social Sciences

Description

The Patrawidya appears in a dark gray cover with a papyrus manuscript. The Patrawidya Journal is published three times a year in April, August and December. The study of the Patrawidya Journal article is on the family of history and culture. The Patrawidya name came from a combination of two words ...