cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 22527077     EISSN : 25493892     DOI : -
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri which is abbreviated as Industria. Industria is a journal published by Department of Agro-industrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, University of Brawijaya, Indonesia. It publishes articles in the scope of technology and management of agro-industrial field, and also other related topics.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 2 (2022)" : 8 Documents clear
Identification of Key Agility Variables to Improve Poultry Supply Chain Sustainability: Indonesian Case Ika Yunita; Sawarni Hasibuan; Hermawan Thaheer
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.industria.2022.011.02.3

Abstract

AbstractAll industries face new challenges after COVID-19, including the Indonesian poultry industry. As an essential food supply sector, the poultry industry supply chain must respond and adapt to new post- COVID-19 conditions. This study aims to analyze the relationship between agility and sustainability in the supply chain of the Indonesian poultry industry for facing various challenges. The method used in this research was the Interpretive Structural Modeling-“Matriced Impacts Croisés Appliquée á un Classement” (ISM-MICMAC) method. The agility and sustainability variables were validated initially by involving industrial supply chain stakeholders in the Focus Group Discussion (FGD). The study successfully modeled the relationship between agility and sustainability in the integrated supply chain of the Indonesian poultry industry. The agility variable is the driver for the sustainability of the integrated national poultry industry supply chain, with customer sensitivity being an essential key factor in improving the sustainability of the Indonesian poultry supply chain.Keywords: COVID-19, agility, sustainability, ISM-MICMAC AbstractSemua industri menghadapi tantangan baru pasca COVID-19, termasuk industri unggas nasional. Rantai pasok industri unggas sebagai sektor penting untuk pasokan makanan harus mampu merespon dan beradaptasi dengan kondisi baru pasca COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kecepatan berpindah dan keberlanjutan pada rantai pasok industri unggas nasional dalam menghadapi berbagai tantangan. Metode yang digunakan adalah metode Interpretive Structural Modeling-Matriced Impacts Croisés Appliquée á un Classement (ISM-MICMAC). Validasi terhadap variabel kecepatan berpindah dan keberlanjutan dilakukan pada tahap awal dengan melibatkan aktor rantai pasok industri pada forum Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian berupa model hubungan antara kecepatan berpindah dan keberlanjutan pada rantai pasok industri unggas nasional terintegrasi. Variabel kecepatan berpindah menjadi pendorong keberlangsungan rantai pasok industri unggas nasional yang terintegrasi dengan customer sensitivity menjadi faktor kunci yang penting untuk meningkatkan keberlanjutan rantai pasok industri unggas.Kata kunci: COVID-19, ISM-MICMAC, keberlanjutan, kecepatan berpindah
Modelling of Pulsed Electric Field (PEF) Pretreatment on Fresh Moringa oleifera Leaves Extraction Using Response Surface Methodology (RSM) Sukardi Sukardi; Dodyk Pranowo; Puput Safitri
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.industria.2022.011.02.2

Abstract

AbstractMoringa leaves are a source of high antioxidants. This study aims to find an equation model for the extraction conditions of Moringa leaves with Pulsed Electric Field (PEF) pretreatment. Fresh Moringa leaves were treated with PEF in various voltages (1,000, 1,500, and 2,000 Volts), frequency (1,000, 1,500 and 2,000 Hz) and extraction time (4, 5 and 6 hours) as the factors studied. The best results and mathematical equation models obtained were determined from the extraction process. The parameters observed were yield, total phenolic compounds, and antioxidant activity. The Response Surface Method (RSM) was chosen to determine the equation model for the voltage, frequency, and extraction time combination. The results of ANOVA (Sum of Squares, Lack of Fit, and p-value) show that the model is adequate to present experimental data. The analysis results showed a significant value for total phenol in a quadratic equation, extract yields in a linear equation, and antioxidant activity in a linear equation. The model is presented in a 2-D contour graph and a 3-D response surface. The equation model shows that the best treatment is a PEF voltage of 2,000 Volts, frequency of 1,000 Hz, and extraction time of 4 hours.Keywords: antioxidant, equation model, moringa leaf, Pulsed Electric Field, Response Surface Method AbstrakDaun kelor merupakan salah satu sumber antioksidan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari model persamaan kondisi ekstraksi daun kelor dengan perlakuan pendahuluan Pulsed Electric Field (PEF). Daun kelor segar diperlakukan dengan PEF dalam berbagai tegangan (1.000, 1.500, dan 2.000 Volt), frekuensi (1.000, 1.500 dan 2.000 Hz) dan waktu ekstraksi (4, 5 dan 6 jam) sebagai faktor yang diteliti. Hasil terbaik dan model persamaan matematika ditentukan dari proses ekstraksi. Parameter yang diamati adalah rendemen, total senyawa fenol, dan aktivitas antioksidan. Response Surface Method (RSM) dipilih untuk mengetahui model persamaan kombinasi tegangan, frekuensi, dan waktu ekstraksi. Hasil ANOVA (Sum of Squares, Lack of Fit, dan p-value) menunjukkan bahwa model layak untuk menyajikan data eksperimen. Hasil analisis menunjukkan nilai yang signifikan pada total fenol dalam persamaan kuadratik, hasil ekstrak dalam persamaan linier, dan aktivitas antioksidan dalam persamaan linier. Model dipresentasikan dalam grafik kontur 2-D dan permukaan respons 3-D. Model persamaan menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah tegangan PEF 2.000 Volt, frekuensi 1.000 Hz dan waktu ekstraksi 4 jam.Kata kunci: antioksidan, daun kelor, model persamaan, Pulsed Electric Field, Response Surface Method
Improvement in Body Posture of Sumedang Tofu Small Enterprise Workers Using Workplace Ergonomic Risk Assessment (WERA) Merry Siska; Aisyah Aulia Harahap
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.industria.2022.011.02.4

Abstract

Abstract This study aims to analyse the work body postures, to determine the work risk level before and after the improvement using the Workplace Ergonomic Risk Assessment (WERA) and to improve the workstation by designing ergonomic production tools. An empirical study was carried out at a small industry producing Sumedang Tofu at Rimbo Panjang, Pekanbaru, Indonesia. The workers must bend their body to move 77 kg soybeans with an 11 kg single-lifting capacity. The level of work risk was determined using the Workplace Ergonomic Risk Assessment (WERA) method based on nine categories, i.e., shoulders, wrists, back, legs, neck, strength, vibration, contact pressure, and work duration. The soaking and milling stations scored 35 and 31 using the WERA method. The two scores indicated an average performance level that requires improvement. Anthropometric data were used to develop tools for improving workers' body posture. The new tool used for soaking and milling has footrests, so workers did not have to reach too far above their chests to move the soybeans to the milling. The soaking station and the milling station both achieved a score of 24, which is considered as a low level, indicating that neither station requires improvement. Time reduction after the body posture improvement was 3.33 seconds for the milling station and 2.08 seconds for the soaking station.Keywords: anthropometry, soybean, posture improvement, workplace ergonomic risk assessment AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi postur kerja untuk mengetahui tingkat risiko kerja sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan menggunakan metode Workplace Ergonomic Risk Assessment (WERA) dan memperbaiki workstation dengan merancang alat produksi yang ergonomis. Sebuah studi empiris dilakukan di sebuah usaha kecil tahu Sumedang di Rimbo Panjang, Pekanbaru, Indonesia. Para pekerja perusahaan harus membungkuk untuk memindahkan 77 kg kedelai dengan kapasitas angkat 11 kg. Tingkat risiko kerja ditentukan dengan menggunakan metode Workplace Ergonomic Risk Assessment (WERA) berdasarkan sembilan kategori, yaitu bahu, pergelangan tangan, punggung, kaki, leher, kekuatan, getaran, tekanan kontak, dan durasi kerja. Stasiun perendaman dan stasiun penggilingan memperoleh skor 35 dan 31 dengan menggunakan metode WERA sebelum perbaikan postur tubuh. Kedua skor tersebut menunjukkan tingkat kinerja rata-rata yang memerlukan perbaikan. Data antropometri digunakan untuk mengembangkan alat untuk memperbaiki postur tubuh pekerja. Alat baru yang bisa digunakan untuk merendam dan menggiling ini memiliki pijakan kaki, sehingga pekerja tidak perlu menjangkau terlalu jauh di atas dada untuk memindahkan kedelai ke penggilingan. Stasiun perendaman dan stasiun penggilingan keduanya mencapai skor 24, dengan tingkat yang rendah, menunjukkan bahwa tidak ada stasiun yang memerlukan perbaikan. Pengurangan waktu setelah perbaikan postur tubuh adalah 3,33 detik untuk stasiun penggilingan dan 2,08 detik untuk stasiun perendaman.Keywords: anthropometri, kedelai, perbaikan postur, workplace ergonomic risk assessment
Management Strategy of Muara Baru Modern Fish Market Tri Wulandari; Achmad Poernomo; Hari Eko Irianto
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.industria.2022.011.02.8

Abstract

AbstractTo compete in the present and future, the newly constructed Muara Baru modern fish market, called Pasar Ikan Modern Muara Baru (PIM Muara Baru), requires an effective management approach. This research aims to examine different management techniques for PIM Muara Baru utilizing a Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) analysis. The findings indicate that an aggressive strategy is required. Alternative management strategies include improving facilities and adding products sold at the food court, assigning special employees to promote and implement more intensive and innovative promotional activities on social media, collaborating with the government in optimizing Gemarikan (a national program to popularize eating fish), cooperating with online business partners and increasing merchants' capacity to transact online, adding facilities and improving the service quality. The outcomes of the alternative techniques are offered for PIM Muara Baru management to consider.Keywords: management strategy, Muara Baru modern fish market, SWOT Analysis AbstrakPasar ikan modern (PIM) Muara Baru yang baru dibangun memerlukan strategi pengelolaan yang tepat sehingga mampu bersaing di masa sekarang dan masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis alternatif strategi pengelolaan PIM Muara Baru menggunakan analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT). Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi yang diperlukan adalah aggressive strategy. Alternatif strategi pengelolaan antara lain: memperbaiki fasilitas dan menambah produk yang dijual di foodcourt; menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) khusus untuk melakukan promosi dan menerapkan kegiatan promosi yang lebih intensif dan inovatif di media sosial, bekerja sama dengan pemerintah dalam mengoptimalkan gemarikan (gerakan memasyarakatkan makan ikan), bekerja sama dengan mitra bisnis online dan meningkatkan kapasitas pedagang untuk bertransaksi secara daring, menambah fasilitas dan meningkatkan kualitas pelayanan pada konsumen. Alternatif srategi pada hasil penelitian ini disarankan sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam pengelolaan PIM Muara Baru.Kata Kunci: analisis SWOT, Pasar Ikan Modern Muara Baru, strategi pengelolaan
The Root Causes Analysis of Indonesia's Fishery Products Rejection in the United States of America and European Countries during 2010 – 2020 Anissa Aprilia Nurkhasanah; Suadi Suadi; Indun Dewi Puspita
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.industria.2022.011.02.7

Abstract

AbstractThis study aimed to determine the number of cases, causes, and main rejection factors of Indonesia's fishery products by the USA and European markets. Data were obtained from the websites of USFDA (USA) and RASFF (Europe) from 2010 to 2020. Pareto analysis and fishbone diagram were used for analyzing data that informants validated from selected exporters and experts. Within the observed period, there were 2,318 cases of rejection in the USA and 79 in Europe. The highest case was in 2011 in the USA and 2012 in European markets. Based on Pareto analysis of rejection cases, the main factors that accounted for more than 80% of rejections in the USA were filthy and Salmonella; meanwhile, in Europe, were mercury, poor temperature control, Salmonella, histamine, and cadmium. The fishbone diagram result with validation from fishery product exporter shows that human factor, such as the lack of coordination and communication between business actors, especially at the supplier level when selecting raw materials, was considered the cause of rejection (filthy). Establishing well-managed cooperation among business actors within an integrated fish supply chain management is essential to ensure the quality of fishery products.Keywords: Europe, fishery product, rejection, root causes, United States of America AbstrakPenelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah kasus, penyebab dan faktor utama penyebab penolakan produk perikanan Indonesia di Pasar Eropa dan Amerika. Data diperoleh dari website USFDA (Amerika) dan RASFF (Eropa) dalam kurung waktu 2010 – 2020. Analisis data yang digunakan yaitu analisis pareto dan diagram tulang ikan, yang divalidasi oleh informan dari eksportir terpilih dan ahli. Hasil penelitian menunjukkan penolakan produk ekspor perikanan Indonesia di pasar Amerika berjumlah 2.318 kasus dan 79 kasus di Eropa dalam kurun waktu penelitian. Penolakan tertinggi terjadi pada tahun 2011 di pasar Amerika dan pada tahun 2012 di Eropa. Hasil analisis data dengan diagram pareto menunjukkan bahwa produk kotor dan Salmonella menyumbang 80% penolakan produk perikanan di Amerika, sedangkan mercury, pengendalian suhu yang tidak bagus, Salmonella, histamine, dan cadmium di pasar Eropa. Hasil analisis diagram tulang ikan dan validasi dengan eksportir menunjukkan bahwa penyebab penolakan untuk pasar Amerika Serikat (yaitu produk kotor) adalah faktor manusia, seperti kurang koordinasi dan komunikasi antar pelaku usaha, khususnya di tingkat supplier. Kerjasama antar pelaku usaha dalam pengelolaan rantai pasok ikan terintegrasi dapat menjamin kualitas produk perikanan yang sesuai standar yang dipersyaratkan.Kata kunci: akar masalah, Amerika Serikat, Eropa, penolakan, produk perikanan
Trade Consequences of the Farm Production Regulation: The Glyphosate Ban in the Sri Lankan Tea Industry Chinthani Rathnayake; Bill Malcolm; Garry Griffith; Alex Sinnette
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.industria.2022.011.02.1

Abstract

Abstract Tea manufacturing is an important industry for the Sri Lankan economy because it generates foreign income, which adds to gross domestic product of the country and creates employment opportunities. Tea has been exported to several countries from Sri Lanka for over a century, and Sri Lanka remains a leading tea exporter to date. Recently, the Sri Lankan government issues a policy which disadvantages the tea industry in the country. The government banned the use of glyphosate in the agricultural sector from 2015 to 2018 which directly or indirectly affects the tea industry. The policy brought a consequence where the farmers used illegal substances and other weedicides to control the weed. These consequences placed the Sri Lankan tea industry at risk since their final product is contains high amount of residual weedicide which exceeds the Maximum Residue Limit (MRL). In this paper, we use The Equilibrium Displacement Model to study the economic impact of rejections of tea consignments by Japan due to the excess use of 2-methyl-4-chlorophenoxyacetic acid (MCPA) in 2018. The demand of Sri Lankan bulk black tea by Japan has declined by 6.5% between 2017 and 2018. The estimated of the Sri Lankan tea industry from reduced demand for bulk black tea was Rs339 million.Keywords: tea industry, glyphosate ban, Sri Lanka AbstrakTeh adalah industri penting bagi perekonomian Sri Lanka karena menghasilkan devisa yang menambah produksi domestik bruto dan menciptakan lapangan kerja. Teh telah diekspor dari Sri Lanka selama lebih dari satu abad ke berbagai negara dan Sri Lanka tetap menjadi eksportir utama. Kebijakan pemerintah baru-baru ini yang memengaruhi sektor pertanian tidak menguntungkan bagi industri teh. Pelarangan penggunaan glifosat dari tahun 2015 hingga 2018 merupakan salah satu kebijakan yang berdampak signifikan terhadap industri teh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Konsekuensi penggunaan formulasi pengendali gulma ilegal dan herbisida alternatif menempatkan industri teh pada keadaan yang beresiko melalui konsekuensi tidak disengaja dari kehilangan akses ke pasar ekspor teh karena insiden mengenai kelebihan Batas Maksimum Residu. Dalam tulisan ini, dampak ekonomi dari penolakan pengiriman teh dari Jepang karena penggunaan 2-methyl-4-chlorophenoxyacetic acid (MCPA) yang berlebihan pada tahun 2018 diselidiki dengan menggunakan Equilibrium Displacement Model pada industri teh. Permintaan ekspor Jepang untuk teh hitam curah turun 6,5% antara 2017 dan 2018. Perkiraan kerugian surplus ekonomi industri teh Sri Lanka dari penurunan permintaan teh hitam curah adalah Rs339 juta.Kata kunci: industri teh, larangan penggunaan glifosat, Sri Lanka
Physical, Chemical, and Functional Characteristics of Composite Flours from Banana Corm and Tempeh Debby Moody Sumanti; In-In Hanidah; Muhammad Aziz Abdullatif
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.industria.2022.011.02.5

Abstract

AbstractThis study aimed to determine composite flour's physical, chemical, and functional properties from Sumedang Roid banana corm and tempeh. The sample consisted of five different treatments with ratios of banana corm flour to tempeh flour 100:0, 0:100, 80:20, 70:30, and 60:40. The research data were analyzed using a Randomized Block Design and the Duncan Multiple Range Test (DMRT) at 5% level. Parameters observed included bulk density, color degree, ash content, moisture content, carbohydrate content, fat content, protein content, and pasting properties. The results showed that composite flour with a ratio of banana corm flour to tempeh flour of 60:40 could produce the best composite flour characteristics with a bulk density of 0.44 g/ml, color degree L* 67.86, a* 5.64 and b* 23.34, 5.47% ash content, 8.66% moisture content, 57.60% carbohydrates content, 10.62% fat content, 17.64% protein content, pasting temperature 80.86 °C, peak viscosity 1,265.33 cP, hold viscosity 858.00 cP, final viscosity 1,109.00 cP, breakdown viscosity 407.33 cP, setback viscosity 251.0 cP. The produced composite flour is suitable to be applied on biscuits, cookies, and semi-moist cakes.Keywords: banana stem, composite, flour, Roid banana, tempeh AbstrakPenelitian bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan fungsional tepung komposit dari bonggol pisang Roid asal Sumedang dan tempe. Sampel terdiri lima perlakuan berbeda dengan rasio perbandingan tepung bonggol pisang dengan tepung tempe adalah 100: 0, 0:100, 80:20, 70:30, dan 60:40. Data hasil penelitian dianalisis dengan Rancangan Acak Kelompok dan uji lanjutan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Parameter pengamatan meliputi densitas kamba, derajat warna, kadar abu, kadar air, kadar karbohidrat, kadar lemak, kadar protein, dan karakteristik pasting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung komposit dengan rasio tepung bonggol pisang dengan tepung tempe 60 : 40 mampu menghasilkan karakteristik tepung komposit terbaik dengan densitas kamba 0,44 g/ml, derajat warna L* 67,86, a* 5,64 dan b* 23,34, kadar abu 5.47%, kadar air 8,66%, kadar karbohidrat 57,60%, lemak 10,62%, protein 17,64%, pasting temperature 80,86 °C, peak viscosity 1265,33 cP, hold viscosity 858,00 cP, final viscosity 1.109,00 cP, breakdown viscosity 407,33 cP, setback viscosity 251,0 cP. Tepung komposit yang dihasilkan tersebut sesuai untuk diaplikasikan pada produk biskuit, kukis, dan kue semi basah.Kata kunci: bonggol pisang, komposit, pisang Roid, tempe, tepung 
Modelling of Sustainable Blue Swimming Crab Supply Chain in East Java Using Soft System Methodology Paramita Setyaningrum; Azmi Alvian Gabriel; Irvan Adhin Cholilie
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.industria.2022.011.02.6

Abstract

 Abstract Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is one of Indonesia's highest-export fishery commodities. Capture fisheries are dominated by fishermen with low productivity, efficiency, and income levels. There is a high-profit disparity between upstream and downstream actors, where fishermen get the lowest profit. This study aims to identify the causes of profit disparities between supply chain actors and propose a supply chain model to solve the profit disparity problem. The supply chain actors observed were fishermen, mini plants, processing companies, and exporters of blue swimming crab. Determining variables that affect profit gain based on the business activities of the supply chain actors of blue swimming crab was carried out. The conceptual model was made using the Soft System Methodology (SSM). The analysis result showed that the causes of profit disparity were the vast number of fishermen, lack of product value understanding, minimum capital and access to capital, awareness of fishing gear utilization, and the individual fisherman's work system. The conceptual model of the blue swimming crab supply chain proposed consists of the formation of fishing groups, coordination between fishing groups and Perum Perindo, collaborating with Pokja and fishing groups, and increasing collaboration between all supply chain actors of blue swimming crab.Keywords: blue swimming crab, fishermen, Soft System Methodology, supply chain Abstrak Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditas perikanan ekspor tertinggi di Indonesia. Usaha ikan tangkap didominasi oleh para nelayan dengan tingkat produktivitas, efisiensi, serta pendapatan yang rendah. Disparitas keuntungan yang tinggi terjadi antara pelaku rantai pasok dari hulu dan hilir. Nelayan memperoleh keuntungan paling rendah. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penyebab disparitas keuntungan antara pelaku rantai pasok dan mengusulkan model rantai pasok sebagai solusi permasalahan disparitas keuntungan. Pelaku rantai pasok yang diamati adalah nelayan, mini plant, perusahaan pengolah rajungan, dan eksportir. Identifikasi variabel yang memengaruhi perolehan keuntungan berdasarkan aktivitas bisnis pelaku rantai pasok rajungan. Model konseptual dibuat menggunakan Soft System Methodology (SSM). Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebab disparitas keuntungan adalah jumlah nelayan yang sangat banyak, pemahaman yang kurang terhadap nilai produk, modal dan akses permodalan yang minimum, kesadaran dalam penggunaan alat tangkap yang aman, dan sistem kerja nelayan yang masih dilaksanakan secara individu sehingga nelayan menerima keuntungan yang paling kecil di antara pelaku rantai pasok dari hulu dan hilir. Model konseptual rantai pasok rajungan yang diusulkan adalah pembentukan kelompok nelayan, koordinasi antara kelompok nelayan dan Perum Perindo, kolaborasi antara Pokja dan kelompok nelayan, dan meningkatkan kolaborasi antara seluruh pelaku rantai pasok rajungan.Kata kunci: nelayan, rajungan, rantai pasok, Soft System Methodology 

Page 1 of 1 | Total Record : 8