cover
Contact Name
Yahya Wijaya
Contact Email
gemateologika@staff.ukdw.ac.id
Phone
+62274563929
Journal Mail Official
gemateologika@staff.ukdw.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin no 5-25 Yogyakarta 55225
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
GEMA TEOLOGIKA : Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
ISSN : 25027743     EISSN : 25027751     DOI : https://doi.org/10.21460/gema.2020.52.614
GEMA TEOLOGIKA receives articles and book reviews from various sub disciplines Theology, particularly contextual theology Divinity Studies in the context of socio cultural religious life Religious Studies Philosophy of Religion Received articles will be reviewed through the blind review process. The submitted article must be the writers original work and is not published in another journal or publisher in any language. Writers whose articles are accepted and have account in google scholar profile will be requested to participate as peer reviewers.
Articles 4 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian" : 4 Documents clear
Mempertimbangkan Spiritualitas Ekonomi Berdasarkan Intuisi Kosmotheandrik Raimundo Panikkar Yan Okhtavianus Kalampung
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2016.12.226

Abstract

Abstract This essay going to argue that Raimundo Panikkar's concept of Cosmotheandric Intuition has strong significance in forming an economics spirituality. Economics system nowadays tend to become a system of greediness. By considering cosmology concept such as cosmotheandric intuition and its significant relation, writer made a counter spirituality to all of negative effect of capitalism economics. At the first part of this paper will briefly explain about Raimundo Panikkar and his proposal of Cosmotheandric Intuition. After showing problems in contemporary economics discourse, this paper explain the meaning of spirituality, as a basis understanding to form an economics spirituality. At the part of analysis about economics spirituality, writer wrote counter arguments to capitalist economics system based on Cosmotheandric Intuition. Therefore writer find it usefull to form an economics spirituality based on it. Abstrak Tesis tulisan ini adalah konsep Intuisi Cosmotheandris dari Raimundo Panikkar bisa menjadi bahan yang baik untuk membentuk sebuah spiritualitas ekonomi. Sistem ekonomi masa kini semakin menjadi sistem keserakahan. Dengan mempertimbangkan konsep kosmologis seperti Intuisi Kosmotheandris dan relasinya yang mendalam, penulis membuat sebuah pertimbangan spiritualitas sebagai argumen balik untuk efek-efek negatif dari ekonomi kapitalis. Pada bagian pertama dari makalah ini, penulis akan secara singkat menjelaskan tentang sosok Raimundo Panikkar dan usulannya tentang Intuisi Kosmotheandris. Setelah memperlihatkan masalah-masalah kontemporer dari diskursus ekonomi, makalah kemudian menjelaskan makna dari spiritualitas sebagai pengertian dasar untuk merumuskan sebuah spiritualitas ekonomi. Pada bagian analisis tentang spiritualitas ekonomi, penulis mencantumkan argumen balik terhadap sistem ekonomi kapitalis berdasarkan Intuisi Kosmotheandrik dengan menjelaskan beberapa tema khusus yang mempunyai kaitan dengan hal tersebut. Berdasarkan hal itu, penulis menemukan bahwa konsep Intuisi Kosmotheandris berguna untuk membentuk sebuah spiritualitas ekonomi.
Mempertahankan Sorga di Delang: Dilema Sawit dan Hutan John Christianto Simon
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2016.12.229

Abstract

Abstract The ecological issue has become crucial and urgent problem to be responded the logically and practically. This very issue is inseparable from a challenge in the form of catastrophic convergence: poverty, injustice, and violence. Analysis on the ecological problem brought us to trace back the problem of thought contributed by certain philosophical and thelogical thought. It has given birth to an absolute anthropocentrism which has been consolidated by certain theology and in turn gave birth to an expansive notion by way of the mastery over nature, even over other human fellow. The absolutisation of ratio brought about the birth of capitalism (globalized imperialism), which in turn created man as homo oeconomicus in which its keyword is injustice. In the middle of the impoverishing massive ecological damage, there is a different story that showed a local community's ability in defending the environmental conservation. A small village, Kudangan, in Delang Subdistrict are in agreement "Defending Delang's Forest against Palm Oil Plantation Expansion". Theologically, the Delang's local community see nature (forest) not only as something with economical value, but as a "home" for the Divine. The Divine abide in hills with its leafy trees in Delang's area. Here, a contextual theology taking into account the local religiosity instilment to help us rediscovering our contextual mission, that which taking into account the primal worldview (read: cosmic religion), whose principal value is be friendly toward nature. Abstrak Isu ekologis kini menjadi isu krusial yang perlu disikapi secara teologis dan praktis. Isu ini sendiri tidak terpisah dari tantangan berupa "kesatuan bahaya besar" (catastrophic convergence): kemiskinan, ketidakadilan, dan kekerasan yang merajalela. Persoalan ekologis tidak terpisah dari paradigma filosofis dan teologis tertentu berupa antroposentrisme absolut dan melahirkan gagasan ekspansif melalui penguasaan atas alam bahkan atas manusia lain. Lahir pula globalisasi imperialisme (globalized imperialism) dan "manusia ekonomi" (homo oeconomicus) yang yang dapat menciptakan ketidakadilan. Di tengah masifnya kerusakan ekologi yang memiskinkan itu terdapat cerita yang berbeda tentang kemampuan masyarakat lokal mempertahankan kelestarian alam. Masyarakat Desa Delang bersehati "Mempertahankan Hutan Delang dari Ekspansi Sawit". Dari kacamata teologis, masyarakat Delang memahami bahwa alam (hutan) bukan sekadar benda yang bernilai ekonomis, melainkan "rumah" bagi Yang Ilahi. Yang Ilahi ber-surga di bukit-bukit yang rimbun dengan pepohonan di wilayah Delang. Di sinilah teologi kontekstual mempertimbangkan penghayatan religiositas lokal untuk membantu kita menemukan kembali misi yang kontekstual, yaitu misi yang mempertimbangkan pandangan dunia primal (baca: agama kosmik), yang nilai utamanya bersahabat dengan alam.
Pendidikan Kristiani sebagai Instrumen Penyadaran Pentingnya Pertumbuhan Spiritualitas dalam Konteks Budaya Populer Daniel Syafaat Siahaan
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2016.12.218

Abstract

Abstract This article is written based on my observation and experience, who "sucked" into populer culture. People inevitably will always "sucked" into the black hole of culture. In popular culture, people are considered to be humans if only they satisfy their libido. So, popular culture can blurring self identity in the society, because communal similarity is preferred. Self identity formed from communal understanding of popular culture concept and force someone to follow it. Therefore, the challenge of popular culture to spirituality is very obvious because it concerns a person identity. Spirituality always departs from the inside to the outside. While the phenomenon of popular culture, the meaning is controlled by the community and adapted into self. This article written to realizing the importance of spiritual growth in the context of popular culture, which can be done firstly through Christian Education. Abstrak Artikel ini ditulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis sendiri yang turut "terhisap" dalam budaya populer. Manusia mau tidak mau akan selalu terhisap ke dalam lubang hitam kebudayaan. Dalam budaya populer, manusia dianggap menjadi manusia ketika kepuasan libidonya dapat terpenuhi. Budaya populer yang demikian dapat mengaburkan identitas individu dalam masyarakat, karena kesamaan komunallah yang lebih diutamakan. Identitas diri terbentuk dari pemahaman komunal akan konsep budaya yang populer dan "memaksa" individu untuk mengikutinya. Oleh karena itu, tantangan budaya populer terhadap spiritualitas sangatlah jelas karena menyangkut identitas diri seseorang. Spiritualitas selalu berangkat dari dalam diri menuju ke luar. Sedangkan dalam fenomena budaya populer, makna dikendalikan oleh masyarakat dan berujung pada adaptasi ke dalam diri. Artikel ini ditulis untuk menyadarkan pentingnya pertumbuhan spiritualitas dalam konteks budaya populer, yang pertama-tama dapat dilakukan melalui Pendidikan Kristiani.
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut: Kajian Teologi Ekofeminisme Tanda Pinem
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2016.12.219

Abstract

Abstract Smog disaster in Sumatera and Kalimantan Island that came from forest and land burnings showed many interconnected factors. Governmental ideologies factor in development era (e.g. modernization, industrialization, and capitalization in order to increase economics development), lands problems as an impact of development ideologies, corruption, and prestige culture in society (e.g. consumerism, wealthy, succedness, and honor greediness) had participation in this disaster. From the perspective of ecofeminism, this ecological crisis came from an ideology named anthroposentrism, which also an androsentrism. Human interests that became priority in industrial society, especially men who held economics and politics power, was the cause of these ecological damages. The nature of patriarchal system is domination and exploitation who derived from hierarchal dualistic ideology become sources of ecological damage. In this context, economic development factor and life progress became main concern. Finally nature being grinded and became tools to achieve human interests (anthroposentrism). However, in this context women felt chaos very deeply. Women worked to produce family needs with nature. The damage of nature made women work harder. By seeing these conditions, we were invited by ecofeminism to do radical awareness transformation. This transformation was based on the understanding of our local wisdom. Abstrak Bencana kabut asap yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan sebagai akibat kebakaran hutan dan lahan, khususnya hutan dan lahan gambut memperlihatkan kesaling-terkaitan berbagai faktor. Faktor ideologi pemerintah dalam menjalankan pembangunan (modernisasi, industrialisasi, dan kapitalisasi demi mengejar pertumbuhan ekonomi), persoalan pertanahan sebagai dampak ideologi pembangunan, korupsi, dan budaya prestise masyarakat (konsumerisme, kekayaan, keberhasilan, dan kehormatan) turut berperan dalam bencana kabut asap ini. Kaum ekofeminisme mengasalkan krisis ekologi ini pada suatu antroposentrisme, yang adalah juga androsentrisme. Prioritas kepentingan manusia dalam masyarakat industri, khususnya kaum laki-laki yang memegang kekuasan ekonomi dan politik menjadi sebab kerusakan ekologis ini. Sifat dan sistem patriarkat, yaitu dominasi dan eksploitasi yang bersumber pada pemahaman dualistik hierarkis merupakan sumber-sumber kerusakan ekologis. Faktor pertumbuhan ekonomi dan kemajuan hidup dijadikan capaian utama. Akhirnya alam ditindas dan dijadikan alat untuk mencapai kepentingan manusia (antroposentrisme). Namun demikian, perempuanlah yang mengalami keterserabutan lebih mendalam. Perempuan bekerja sama dengan alam untuk memproduksi kebutuhan keluarganya. Dengan rusaknya alam membuat perempuan semakin sulit bekerja sama dengan alam. Dengan melihat keadaan ini, kita hendaknya ikut dalam undangan ekofeminisme untuk melakukan transformasi kesadaran radikal. Transformasi ini dilakukan berdasarkan pemahaman kearifan lokal kita.

Page 1 of 1 | Total Record : 4


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol. 8 No. 2 (2023): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 8 No. 1 (2023): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 7 No. 2 (2022): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 7 No. 1 (2022): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 1 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 6 No. 1 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 5 No 2 (2020): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 5 No 1 (2020): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 4 No 2 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 4 No. 1 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 4 No 1 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 3 No 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 1 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 3 No 1 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 2 No. 2 (2017): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 2 No. 1 (2017): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 1 No 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 1 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian More Issue